ANGER MANAGEMENT
Belum lama ini diberitakan mengenai guru SD yang menggunting rambut siswanya
akibat tiga kali peringatannya untuk memotong rambut diabaikan. Orangtua siswa
yang tidak terima mendatangi rumahnya dan membalas menggunting rambut guru itu.
Orangtua itu akhirnya dilaporkan dan ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi.
Banyak lagi cerita lainnya dalam keseharian hidup kita yang menunjukkan ada
orang-orang yang mengalami kesulitan mengendalikan diri khususnya mengelola
emosi marah. Rasa marah dapat membuat orang memaki dengan kasar, menghancurkan
pintu kaca, menganiaya, bahkan menghilangkan nyawa orang lain.
INTERPRETASI ATAS PERISTIWA
Albert Ellis dalam teori klasiknya (1975) mengungkapkan bahwa reaksi emosional
dan perilaku manusia dipengaruhi bukan oleh peristiwa yang dialami, melainkan
oleh interpretasi (pemaknaan)-nya terhadap peristiwa itu. Oleh karena itu, orang
yang berbeda dapat bereaksi berbeda terhadap peristiwa yang sama. Ellis
menamakan gagasannya ini sebagai teori ABC, yaitu bahwa suatu peristiwa (A) akan
mengaktifkan interpretasi kita (B) terhadap peristiwa tersebut, yang selanjutnya
akan menggerakkan konsekuensi (C) berupa perasaan sikap ataupun perilaku kita.
Bayangkan seorang anak yang harus berjalan kaki selama 20 menit ke sekolah (A).
Ia memaknai tindakan berjalan kaki itu melelahkan atau tidak menyenangkan (B).
Akibatnya ia akan menggerutu sepanjang jalan atau bahkan menolak untuk
bersekolah (C). Bedakan dengan anak lain yang harus berjalan kaki selama 20
menit menuju sekolah (A). Ia memaknai tindakan berjalan kaki itu menyehatkan
atau bahkan menyenangkan karena dapat melihat pemandangan sekitar (B). Ia akan
berjalan kaki dengan penuh semangat (C).
Pandangan atau cara kita memaknai sesuatu akan menentukan tindakan selanjutnya.
Orang yang memukul atau menganiaya bertanggung jawab atas tindakannya. Tidak ada
alasan baginya untuk membenarkan tindakannya. Contoh dalam kehidupan perkawinan:
Ani mengatakan kepada suaminya, “Anak-anak sudah diminta gurunya untuk segera
melunasi uang sekolah,” Adi, suami Ani, memaknai ucapan itu sebagai desakan atau
bahkan penghinaan terhadap penghasilannya yang kurang memadai. Adi lalu memukul
Ani sebagai balasan atas “penghinaan” yang dianggapnya telah dilakukan istrinya.
Bedakan dengan pasangan Ina-Ino. Ina berkata, Anak-anak sudah diminta gurunya
untuk segera melunasi uang sekolah,” Ino, suami Ina, memaknai ucapan Ina sebagai
kenyataan/fakta yang harus dihadapi. Ia lalu berpikir mencari penghasilan
tambahan. Jawab Ino, “Doakan saya bisa bekerja lebih keras lagi agar cepat
mendapatkan uang untuk membayar uang sekolah anak-anak.
REFLEKSI DIRI
Perilaku tak terkendali dapat bereskalasi dengan dampak sangat fatal. Dalam
keadaan marah, kita sebaiknya tidak tergesa-gesa bertindak. Kita justru perlu
mengambil napas panjang demi memberikan kesempatan kepada diri untuk berpikir.
Apa yang mendasari perasaan marah saya? Pesan apa yang akan diterima oleh orang
lain dari tindakan yang saya lakukan? Apakah tindakanku akan lebih banyak
berdampak positif atau negatif?
Bagaimanakah orangtua atau orang-orang dewasa di sekitar kita (saat kita kana)
memberikan contoh mengenai bagaimana mengelola kemarahan? Apakah mereka
memberikan contoh bahwa konflik dapat ditangani melalui kekerasan? Apakah mereka
mendidik anak melalui banyak kemarahan? Model peran mungkin aalah orangtua,
anggota keluarga, guru, pelatih, tetangga, teman sebaya, atau siapa pun yang
memberikan kesan cukup besar dan memengaruhi perilaku kita. Kita perlu merenung:
apakah akan melanjutkan cara-cara mereka atau mengubahnya agar anak dan pasangan
kita tidak terluka?
Kita juga perlu meneliti dan jujur mengenai diri sendiri: kapan merasa marah?
Dalam kesempatan (untuk persoalan) apa saja? Kepada siapa? Apa yang dirasakan
tubuh ketika rasa marah demikian memuncak? Apakah darah terasa naik ke kepala,
tangan mengepal, dan kemudian badan dan tangan bergerak untuk menghatam?
Analisis diri diperlukan untuk mampu secara tepat mengambil “time out”. “Time
out” adalah tindakan meninggalkan situasi (konflik) begitu kita merasakan
kemarahan yang intens dan nyaris tak terkendali. Tujuannya untuk menghentikan
peningkatan kemarahan agar kita dapat berpikir jernih dan terhindar dari
melakukan tindakan melukai atau yang akan kita sesali kemudian.
Kapan kita harus mengambil “time out”? Secepatnya begitu kita mengenali
kemarahan (diri sendiri atau orang lain) makin meningkat. Kita dapat membuat
daftar “petunjuk” atau “tanda kemarahan” yang menyadarkan kita mengenai waktu
yang tepat untuk mengambil “time out”. Untuk keamanan, sebaiknya kita tidak
pergi menyetir mobil, minum alkohol, menggunakan obat, atau berkumpul dengan
orang lain yang akan membuat emosi kita makin panas.
Kita memiliki pilihan untuk berperilaku pasif, agresif, atau asertif. Sikap
pasif membuat diri tidak nyaman dan hak kita mungkin terlanggar oleh orang lain.
Bersikap agresif juga berefek buruk dan melukai orang lain. Karena itu,
berkomunikasi asertif pelu dilatihkan agar kita dapat menyampaikan perasaan dan
pandangan secara terbuka, jujur, tetapi tetap santun.
Orang yang “besar ego”-nya mungkin akan sulit mengambil “time out” karena sibuk
dengan gengsinya, merasa diri kalah apabila ia pergi, serta selalu ingin menjadi
orang yang “mengambil kata terakhir”. Tetapi, orang yang besar hati dan besar
jiwa akan paham bahwa kadang mundur dan diam itu menjadikannya pribadi yang
lebih bijaksana.
Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna. Dalam situasi hidup yang
sudah cukup sulit dan rumit seperti sekarang, semoga kita dapat menciptakan
kesejukan untuk lingkungan kita dan menjadi contoh yang baik bagi generasi muda
dan anak-anak kita.
(Kristi Poewandari)
KEBAHAGIAAN ADALAH KEPUTUSAN ANDA
Banyak orang membicarakan kebahagiaan sebagai sesuatu yang ada di masa depan.
Berapa kali anda mendengar teman anda berkata: "Kalau saja saya menemukan pria
yang tepat, saya akan bahagia?" Namun kebahagiaan sesungguhnya bukan suatu
kondisi yang perlu ditunggu. Kebahagiaan adalah menjadi puas dengan siapa diri
anda, di mana anda berada sekarang, dan ke mana anda akan pergi. Itu bukanlah
tentang orang lain, tidak membutuhkan persetujuan, validasi, maupun ijin orang
lain. Kebahagiaan anda sendiri adalah salah satu dari beberapa hal yang berada
di bawah kendali anda, dan walaupun membangun kebahagiaan bisa saja membutuhkan
usaha keras, namun tidak ada orang yang bisa melakukannya selain anda.
Mitos yang mencuri sukacita kita
Lalu mengapa banyak di antara kita yang tidak bahagia dan tidak puas? Ada banyak
alasan, namun sebagian besar disebabkan oleh kebohongan yang tersebar lewat
media dan juga orang-orang di sekeliling kita yang mengatakan bahwa kita
seharusnya tidak bahagia. Kita diberitahu bahwa kita seharusnya menginginkan
sesuatu dan saat situasinya tidak sesuai dengan harapan, kita merasa tidak
bahagia. Dari semua mitos yang mengungkung kita untuk tidak bahagia, ada 2 mitos
yang paling populer:
Mitos 1: Anda membutuhkan seseorang yang istimewa untuk membuat anda merasa
bahagia
Ini adalah kebohongan terbesar yang sadar atau tidak hampir dipercayai oleh
hampir semua orang. Tentu saja jika ada seseorang yang menganggap kita istimewa,
yang mau berada di samping kita dan menghabiskan waktu bersama kita, bukankah
itu adalah resep kebahagiaan? Salah. Seseorang, siapapun itu, tidak lebih baik
daripada tidak ada orang sama sekali. Sebuah hubungan dengan pasangan yang tepat
memang adalah sebuah pengalaman indah yang sepadan dengan usaha yang anda
lakukan. Namun jika anda mencari pasangan untuk mengisi kekosongan di hati anda,
anda telah meminta sesuatu yang mustahil dan anda akan berakhir dalam kekecewaan.
Mitos 2: Kalau saya sudah menikah maka segalanya akan sempurna
Hal ini mungkin bukan merupakan mitos yang terbesar, tapi ini juga diyakini
banyak orang. Ada pendapat umum yang mengatakan bahwa jika dua kepala lebih baik
daripada satu kepala, maka pernikahan seharusnya menjadi jawaban akhir untuk
segalanya. Tragisnya, itu tidak benar. Suami atau istri masa depan anda bukanlah
seorang peri dengan tongkat ajaib yang akan membuat semua masalah hidup anda
lenyap. "Kebahagiaan" di sekitar pesta pernikahan mungkin dapat membuai anda
untuk sementara waktu, namun ketika anda pulang ke rumah setelah bulan madu,
realitas telah menunggu anda.
Sebenarnya, tidak ada seorang pria atau wanita manapun (bagaimanapun menawannya
mereka), yang bisa membuat anda bahagia sepenuhnya karena usaha mereka
semata-mata. Kebahagiaan adalah aktivitas individual, hanya anda dan sebuah jam.
Bagaimana anda melihat diri anda sendiri, melihat berbagai macam orang di
sekitar anda, melihat pekerjaan anda, dan posisi anda dalam masyarakat - semua
ini akan mempengaruhi kebahagiaan anda dengan cara yang tidak akan bisa
dilakukan oleh orang lain untuk anda. Dan inilah kabar baiknya! Anda tidak harus
menunggu orang lain atau sesuatu, anda dapat mulai mempunyai kebahagiaan dan
menjadi lebih bahagia sekarang juga.
Langkah pertama menuju anda yang lebih bahagia
Jika anda tidak bahagia dengan hidup anda, sekarang adalah saat yang tepat untuk
merenungkan alasan-alasannya (apalagi setelah anda terus membaca artikel ini
namun tetap tidak menyalahkan kehidupan cinta anda). Mengapa anda tidak bisa
bahagia? Apakah anda kesepian? Kecewa? Takut? Merasa ditolak? Tidak layak? Marah?
Tenggelam dalam penyesalan? Perhatikan apa yang benar-benar anda rasakan. Dr.
Phil McGraw, ahli dalam hal relationship yang pernah tampil dalam acara Oprah,
pernah mengatakan, "Anda tidak dapat merubah apa yang tidak anda ketahui."
Sekaranglah waktunya untuk menemukan apa yang sebenarnya mengganggu anda.
Waktu untuk menemukan hal-hal apa saja yang membuat anda tidak bahagia adalah
sebelum anda menjalin suatu hubungan
Pikirkan hal ini, anda bisa saja bersikap egois untuk sementara dan hanya peduli
dengan apa yang anda butuhkan. Kadang waktu untuk merenungkan sendiri adalah
bagian dari proses penyembuhan. Jika anda merasa tidak dapat menghadapi hal ini
sendiri, mintalah bantuan seorang teman, bukan mencari pacar baru. Adalah tidak
adil untuk mengharapkan seseorang yang belum terlalu mengenal anda untuk bekerja
sama dengan anda dalam mengatasi semua itu, dan hampir mustahil bagi dia untuk
memberikan kejujuran yang anda butuhkan. Seorang teman baik bagaimanapun juga,
telah mengenal anda cukup baik untuk menyemangati anda, menolong anda, dan
memberi ada pendapat dari perspektif yang jujur dan penuh kasih. Jangan
hancurkan sebuah hubungan yang baru dengan mengubah acara makan malam menjadi
sesi terapi.
Anda harus menyukai diri sendiri terlebih dahulu
Kuncinya di sini adalah menyadari bahwa faktor paling penting untuk menemukan
kebahagiaan adalah berdamai dengan diri anda sendiri. Jika pandangan anda
terhadap diri sendiri sehat, anda akan lebih kuat dalam menghadapi tantangan
apapun dari dunia luar yang ditujukan kepada anda. Jika anda mempunyai gambar
diri yang rendah, hal pertama yang perlu anda sadari adalah anda tidak bisa
terus bergantung kepada orang lain untuk memberi arti pada keberadaan anda. Anda
harus sampai ke satu titik dimana anda menyukai diri sendiri terlebih dulu, jika
anda ingin menjalani suatu hubungan yang sukses. Jika anda hanya bersandar pada
pasangan anda, atau orang tua, atau atasan anda untuk gambar diri anda sendiri,
anda meletakkan terlalu banyak kendali di tangan orang lain.
Bagaimana kita menilai diri kita sendiri menentukan bagaimana cara kita
memperlakukan diri sendiri, bagaimana kita memandang kesuksesan dan kegagalan,
menentukan pilihan-pilihan yang kita buat, dengan siapa saja kita menghabiskan
sebagian besar waktu kita, dan bagaimana kita mengijinkan mereka memperlakukan
kita. Anda harus menghargai diri sendiri terlebih dulu agar anda dapat dihargai
oleh orang lain. Jalan menuju kepercayaan diri mungkin panjang dan luka-luka
lama terkadang dapat membuat kita merasa seolah-olah perjalanan itu hampir
mustahil. Saya sendiri butuh waktu 5 tahun untuk menyukai diri sendiri
sepenuhnya, namun itu layak untuk dijalani. Sekali anda menyukai dan menghargai
diri sendiri, anda dapat menjadi bahagia, tidak perduli apakah anda lajang atau
mempunyai pasangan. Anda akan lebih siap untuk membuat pilihan yang baik tentang
pasangan hidup dan juga untuk menjadi partner pasangan anda.
Hidup bisa menjadi seperti roller coaster, permintaan dan tekanan yang kita
hadapi bisa menumpuk. Lalu apa jawabannya? Darimana damai sejahtera dan sukacita
yang sejati berasal? Anda bisa memilikinya, ada jalan untuk menyeimbangkan hodup
anda. Tidak ada orang yang sempurna, atau mempunyai kehidupan yang sempurna,
namun anda dan saya punya kesempatan untuk mengalami kasih karunia yang sempurna
melalui hubungan pribadi dengan Tuhan. Satu-satunya orang yang akan menghabiskan
seluruh hidup bersama anda adalah diri anda sendiri, jadi jika anda ingin
bahagia seumur hidup anda, waktu anda untuk berdamai dengan diri sendiri adalah
saat ini.
(lia brasali ariefano)
PRINSIP 90/10
Oleh : STEPHEN COVEY
Bagaimana prinsip 90/10 itu ?
- 10% dari hidup anda terjadi karena apa yang langsung anda alami.
- 90% dari hidup anda ditentukan dari cara anda bereaksi.
Apa maksudnya?
Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari kondisi yang terjadi pada diri anda.
Contohnya:
Anda tidak dapat menghindar dari kemacetan. Pesawat terlambat datang dan hal ini
akan membuang seluruh schedule anda. Kemacetan telah menghambat seluruh rencana
anda. Anda tidak dapat mengontrol kondisi 10% ini.
Tetapi beda dengan 90% lainnya. Anda dapat mengontrol yang 90% ini.
Bagaimana caranya? Dari cara reaksi anda!!
Anda tidak dapat mengontrol lampu merah, tetapi anda dapat mengontrol reaksi
anda.
Marilah kita lihat contoh di bawah ini :
Kondisi 1
Anda makan pagi dengan keluarga anda. Anak anda secara tidak sengaja menyenggol
cangkir kopi minuman anda sehingga pakaian kerja anda tersiram kotor. Anda tidak
dapat mengendalikan apa yang baru saja terjadi.
Reaksi anda :
Anda bentak anak anda karena telah menjatuhkan kopi ke pakaian anda. Anak anda
akhirnya menangis. Setelah membentak, anda menoleh ke istri anda dan mengkritik
karena telah menaruh cangkir pada posisi terlalu pinggir di ujung meja.
Akhirnya terjadi pertengkaran mulut. Anda lari ke kamar dan cepat-cepat ganti
baju. Kembali ke ruang makan, anak anda masih menangis sambil menghabiskan makan
paginya. Akhirnya anak anda ketinggalan bis. Istri anda harus secepatnya pergi
kerja. Anda buru-buru ke mobil dan mengantar anak anda ke sekolah. Karena anda
telat, anda laju mobil dengan kecepatan 70 km/jam padahal batas kecepatan hanya
boleh 60 km/jam. Setelah terlambat 15 menit dan terpaksa mengeluarkan kocek Rp
600.000,- karena melanggar lalu lintas, akhirnya anda sampai di sekolah. Anak
anda secepatnya keluar dari mobil tanpa pamit.. Setelah tiba di kantor dimana
anda telat 20 menit, anda baru ingat kalau tas anda tertinggal di rumah. Hari
kerja anda dimulai dengan situasi buruk. Jika diteruskan maka akan semakin buruk.
Pikiran anda terganggu karena kondisi di rumah. Pada saat tiba di rumah, anda
menjumpai beberapa gangguan hubungan dengan istri dan anak anda. Mengapa? Karena
cara anda bereaksi pada pagi hari.
Mengapa anda mengalami hari yang buruk?
1. Apakah penyebabnya karena kejatuhan kopi?
2. Apakah penyebabnya karena anak anda?
3. Apakah penyebabnya karena polisi lalu lintas?
4. Apakah anda penyebabnya?
Jawabannya adalah No. 4 yaitu penyebabnya adalah anda sendiri!!
Anda tidak dapat mengendalikan diri setelah apa yang terjadi pada cangkir kopi.
Cara anda bereaksi dalam 5 detik tersebut ternyata adalah penyebab hari buruk
anda.
Berikut adalah contoh yang sebaiknya atau seharusnya anda sikapi.
Kondisi 2
Cairan kopi menyiram baju anda. Begitu anak anda akan menangis, anda berkata
lembut: "Tidak apa-apa sayang, lain kali hati-hati ya." Anda ambil handuk kecil
dan lari ke kamar. Setelah mengganti pakaian dan mengambil tas, secepatnya anda
menuju jendela ruang depan dan melihat anak anda sedang naik bis sambil
melambaikan tangan ke anda. Anda kemudian mengecup lembut pipi istri anda dan
mengatakan: "Sampai jumpa makan malam nanti."
Anda datang ke kantor 5 menit lebih cepat dan dengan muka cerah menegur staff
anda. Bos anda mengomentari semangat dan kecerahan hari anda di kantor.
Apakah anda melihat perbedaan kedua kondisi tersebut?
2 (dua) skenario berbeda, dimulai dengan kondisi yang sama, diakhiri dengan
kondisi berbeda.
Mengapa? Ternyata penyebabnya adalah dari cara anda bereaksi!
Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari yang sudah terjadi. Tetapi yang 90%
tergantung dari reaksi anda sendiri.
Ini adalah cara untuk menerapkan prinsip 90/10. Jika ada orang yang mengatakan
hal buruk tentang anda, jangan cepat terpancing. Biarkan serangan tersebut
mengalir seperti air di gelas. Anda jangan membiarkan komentar buruk tersebut
mempengaruhi anda. Jika beraksi seadanya atau salah reaksi maka akan menyebabkan
anda: kehilangan teman, dipecat, stress dan lain-lain yang merugikan.
Bagaimana reaksi anda jika mobil anda mengalami kemacetan dan terlambat masuk
kantor? Apakah anda akan marah? Memukul stir mobil? Memaki-maki? Apakah tekanan
darah anda akan naik cepat? Siapa yang peduli jika anda datang telat 10 detik?
Kenapa anda biarkan kondisi tersebut merusak hari anda?
Cobalah ingat prinsip 90/10 dan jangan khawatir, masalah anda akan cepat
terselesaikan.
Contoh lain :
- Anda dipecat.
Mengapa anda sampai tidak bisa tidur dan khawatir?
Suatu waktu akan ada jalan keluar. Gunakan energi dan waktu yang hilang karena
kekhawatiran tersebut untuk mencari pekerjaan yang lain.
- Pesawat terlambat.
Kondisi ini merusak seluruh schedule anda.
Kenapa anda marah-marah kepada petugas tiket di bandara? Mereka tidak dapat
mengendalikan terhadap apa yang terjadi. Kenapa harus stress? Kondisi ini justru
akan memperburuk kondisi anda. Gunakan waktu anda untuk mempelajari situasi,
membaca buku yang anda bawa, atau mengenali penumpang lain.
Sekarang anda sudah tahu prinsip 90/10. Gunakanlah dalam aktivitas harian anda
dan anda akan kagum atas hasilnya. Tidak ada yang hilang dan hasilnya sangat
menakjubkan.
Sudah berjuta-juta orang menderita akibat stress, masalah berat, cobaan hidup
dan sakit hati yang sebenarnya hal ini dapat di atasi jika kita mengerti cara
menggunakan prinsip 90/10.
NIKMATILAH HIDUP INI !!
MARI BELAJAR MEREDAM RASA TERSINGGUNG
Jika Kita Mudah Tersinggung - BELAJARLAH Meredam
Rasa Tersinggung.
Salah satu hal yang sering membuat energi kita terkuras adalah timbulnya rasa
ketersinggungan diri. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh
ketidak-tahanan kita terhadap sikap orang lain. Ketika tersinggung, minimal kita
akan sibuk membela diri dan selanjutnya akan memikirkan kejelekan orang lain.
Hal yang paling membahayakan dari ketersinggungan adalah habisnya waktu kita
menjadi buah roh. Efek yang biasa ditimbulkan oleh rasa tersinggung adalah
kemarahan. Jika kita marah, kata-kata jadi tidak terkendali, stress meningkat,
dan lainnya. Karena itu, kegigihan kita untuk tidak tersinggung menjadi suatu
keharusan.
Apa yang menyebabkan orang tersinggung? Ketersinggungan seseorang timbul karena
menilai dirinya lebih dari kenyataan, merasa pintar, berjasa, baik, tampan, dan
merasa sukses. Setiap kali kita menilai diri lebih dari kenyataan bila ada yang
menilai
kita kurang sedikit saja akan langsung tersinggung. Peluang tersinggung akan
terbuka jika kita salah dalam menilai diri sendiri. Karena itu, ada sesuatu yang
harus kita perbaiki, yaitu proporsional menilai diri.
Teknik pertama agar kita tidak mudah tersinggung adalah tidak menilai lebih
kepada diri kita. Misalnya, jangan banyak mengingat-ingat bahwa saya telah
berjasa, saya seorang guru, saya seorang pemimpin, saya ini orang yang sudah
berbuat. Semakin banyak kita mengaku-ngaku tentang diri kita, akan membuat kita
makin tersinggung.
Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk meredam ketersinggungan:
Pertama, belajar melupakan.
Jika kita seorang sarjana, maka lupakanlah kesarjanaan kita. Jika kita seorang
direktur, lupakanlah jabatan itu. Jika kita pemuka agama, lupakan
kepemuka-agamaan kita. Jika kita seorang pimpinan, lupakanlah hal itu, dan
seterusnya. Anggap semuanya ini berkat dari Allah agar kita tidak tamak terhadap
penghargaan. Kita harus melatih diri untuk merasa sekadar hamba Allah yang tidak
memiliki apa-apa kecuali berkat ilmu yang dipercikkan oleh Allah sedikit. Kita
lebih banyak tidak tahu. Kita tidak mempunyai harta sedikitpun kecuali sepercik
titipan berkat dari Allah. Kita tidak mempunyai jabatan ataupun kedudukan
sedikit pun kecuali sepercik yang Allah telah berikan dan dipertanggung-jawabkan.
Dengan sikap seperti ini hidup kita akan lebih ringan. Semakin kita ingin
dihargai, dipuji, dan dihormati, akan kian sering kita sakit hati.
Kedua, kita harus melihat bahwa apa pun yang dilakukan orang kepada kita akan
bermanfaat jika kita dapat menyikapinya dengan tepat.
Kita tidak akan pernah rugi dengan perilaku orang kepada kita, jika bisa
menyikapinya dengan tepat. Kita akan merugi apabila salah menyikapi kejadian dan
sebenarnya kita tidak bisa memaksa orang lain berbuat sesuai dengan keinginan
kita. Yang bisa kita lakukan adalah memaksa diri sendiri menyikapi orang lain
dengan sikap terbaik kita. Apa pun perkataan orang lain kepada kita, tentu itu
terjadi dengan izin Allah. Anggap saja ini episode atau ujian yang harus kita
alami untuk menguji keimanan kita.
Ketiga, kita harus berempati, yaitu mulai melihat sesuatu tidak dari sisi kita.
Perhatikan kisah seseorang yang tengah menuntun gajah dari depan dan seorang
lagi mengikutinya di belakang Gajah tersebut. Yang di depan berkata, "Oh indah
nian pemandangan sepanjang hari". Kontan ia didorong dan dilempar dari belakang
karena dianggap menyindir. Sebab sepanjang perjalanan, orang yang di belakang
hanya melihat pantat gajah. Karena itu, kita harus belajar berempati. Jika tidak
ingin mudah tersinggung cari seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain.
Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk
memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan, sehingga kita dapat mengendalikan
diri.
Keempat, jadikan penghinaan orang lain kepada kita sebagai ladang peningkatan
kwalitas diri dan kesempatan untuk mempraktekkan buah-buah roh, yaitu dengan
memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan.
HIDUP LAJANG DAN HIDUP MENIKAH
Banyak orang yang masih single berpikir bahwa alangkah menyenangkannya hidup
pernikahan itu. Ada seseorang untuk berbagi, dalam suka dan duka, dalam untung
dan malang, dalam keadaan sehat dan sakit, sebagaimana yang dinyatakan dalam
janji pernikahan. Itu benar adanya, saya tidak pernah memungkiri betapa benarnya
kenyataan itu! Namun di lain pihak, terdapat harapan dan impian Hollywood,
sebagaimana film-film dramanya memberikan gambaran, betapa kehidupan yang
diarungi berdua itu indah-indah saja dan pasti endingnya sebagian besar adalah
“Happy End”.
Saya tidak mengatakan bahwa kehidupan perkawinan tidak ada unsur yang
menyenangkan. Sama sekali tidak! Namun sejak saya pribadi menjalani kehidupan
perkawinan yang masih seumur jagung ini, saya pun mulai menyadari bahwa untuk
benar-benar bertahan dalam kehidupan perkawinan, mimpi romantisme saja tidaklah
cukup.
Kehidupan sebagai seorang lajang, tidak lepas dari begitu banyak kebebasan.
Kalaupun ada yang mengikat tentunya hanya sang pacar dan keluarga kita.
Namun ketika kita memutuskan untuk menikah, keterikatan itu tidak lagi sebatas
apel di malam minggu, nonton atawa makan bersama yang mungkin cuma makan waktu
sekitar 2-3 jam seminggu 2-3 kali misalnya. Keterikatan itu menyangkut
penyesuaian diri dengan seseorang yang bisa-bisa selama 24 jam bersama-sama
dengan kamu dan itu bukan main-main, untuk seumur hidupmu!
Dua pribadi yang dipersatukan, tentunya memiliki banyak perbedaan. Mungkin
ketika berpacaran, kamu dengan gampang menemukan begitu banyak persamaan antara
kamu dengan pasangan. Dan ketika kamu memasuki mahligai perkawinan, kemudian
kamu menjadi bingung, mengapa kamu semakin melihat begitu banyak perbedaan?
Untuk itu penyesuaian dan pengertian yang terus menerus amat dibutuhkan oleh
kedua belah pihak dalam rumah tangga. Dan bukan itu saja, keterikatan itu
termasuk perkawinan plus plus di Indonesia. Kenapa saya katakan perkawinan ++ (baca:
perkawinan plus plus)? Karena keterikatan dalam suatu perkawinan juga termasuk
dengan keluarga suami/istri dan seluruh kerabatnya. Keluarga besar, begitu
istilahnya.
Dan tiba-tiba saja, saudara kita bertambah amat banyak, dikarenakan tali
pernikahan yang kita jalani. Mungkin kamu pernah dengar pernyataan begini, “ Itu
lho… Pak Ade, adik dari ipar saya…” Atau mungkin, “ Itu keponakan dari mertua
saya…” Belum lagi terkadang istilah-istilah yang begitu kompleksnya, yang pasti
ujung-ujungnya ada hubungan saudara dikarenakan perkawinan …
Berhadapan dengan semakin banyak orang, tentunya berhadapan pula dengan semakin
banyak karakter. Dan disadari atau tidak, tentunya banyak kepala semakin banyak
permasalahan yang dihadapi. Untuk banyak pasangan, pertengkaran tidaklah terjadi
antarmereka, namun banyak kali dikarenakan campur tangan dari pihak ketiga,
keempat, bahkan kelima yang semakin memperkeruh suasana. Jadi, pasangan yang
menikah dengan kekerabatan plus plus hendaknya pandai-pandai memilah situasi,
sehingga mereka tidak gampang terhasut oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab, walaupun itu adalah dari pihak keluarga sendiri.
Perkawinan mengajarkan saya untuk hidup lebih realistis. Tidak selamanya
pasangan kita berada pada top performance sebagaimana yang ditunjukkan selama
masa berpacaran atau masa ketika sang wanita tengah ‘dikejar’ oleh sang pria
atau sebaliknya sang pria yang ‘dikejar’ wanita. Perkawinan membawa seseorang ke
tahap di mana harus menerima kalau pasangannya tengah kelelahan selepas kerja
dan mendengar celotehan yang penuh amarah adalah hal terakhir yang diinginkan
pada saat itu karena tubuhnya penat amat membutuhkan istirahat.
Menikah, apabila mendapatkan seseorang yang cocok, memang memberikan satu
ketenangan batin dan ketentraman. Yang paling penting adalah azas yang
diterapkan, tetap bersama dalam keadaan apa pun, tetap dijalankan.
Jujur saja, kehidupan lajang yang belum memiliki pacar alias jomblo atau sedang
‘kosong’ sebetulnya juga sangat menyenangkan. Kamu bisa lakukan apa saja yang
kamu mau, mau pergi karaoke keluarga bersama teman-temanmu, mau nonton, mau
jalan-jalan ke luar negeri, mau pelayanan sana-sini, mungkin tidak jadi masalah.
Itu bakal jadi sesuatu yang berbeda ketika ada seorang pacar dan kemudian
menjadi pasangan, suami atau istri kita, harus dilakukan penyesuaian di
sana-sini dan tentunya saling toleransi antara satu dengan yang lain.
Namun, yang namanya manusia, sering kali tidak pernah puas, dan tidak jarang ada
perasaan bosan menghinggapi hati kita apabila rutinitas itu-itu saja yang kita
alami. Yang single berkeinginan segera mengakhiri kehidupan melajangnya dan
melabuhkan hatinya kepada seseorang yang cocok. Sementara tidak jarang yang
sudah menikah dan punya anak merindukan saat-saat lajang, di mana kebebasan
menjadi begitu berarti di mata mereka.
Rumput tetangga sepertinya kelihatan selalu lebih hijau. Bagaimana mencari
penyelesaian agar kita bisa mensyukuri kehidupan yang kita jalani pada saat ini,
sebetulnya merupakan kunci permasalahan. Pada akhirnya, saya menilai bahwa
kehidupan perkawinan akan jadi sangat menyenangkan bila:
• Menikah dengan seorang yang cocok, dari segi intelektual, kepercayaan/agama,
strata sosial, dan pemikiran akan masa depan berkeluarga yang bakal diarungi
bersama.
• Menjalani cinta romantisme- denyut jantung yang berdetak semakin cepat saat
bertemu dengan si dia, muka yang memerah (blushing)- dengan penuh rasa syukur
namun tidak terbius olehnya, sehingga tidak kecanduan akan cinta romantis ini
dan bisa menerima keadaan ketika cinta romantis menjadi cinta realistis.
• Berusaha mengerti kondisi pasangan, terutama pada saat-saat pasangan tengah
menghadapi hal yang kurang menyenangkan ataupun menghadapi masalah besar.
Pengertian adalah dasar yang utama yaitu dengan berusaha menempatkan diri pada
posisi pasangan.
• Tanggung jawab yang tinggi akan keputusan untuk menikah dan menjalani
kehidupan bersama. Dalam kondisi apa pun!
• Tetap setia dan menyertakan Tuhan dalam relasi ini. Adalah sangat beruntung
apabila kedua orang yang terikat dalam satu mahligai rumah tangga adalah orang
yang sama-sama memiliki hubungan pribadi yang indah dengan sang Pencipta. Karena
banyak kali dalam kehidupan ini, kita mengalami kekecewaan dengan pasangan kita.
Mungkin yang paling sering mengecewakan kita adalah pasangan kita, namun apabila
kita punya relasi yang baik dengan Tuhan, yakinlah bahwa kita akan dimampukan
memaafkan dan mengasihi pasangan kita. Namun, bila hanya salah satu pihak yang
lebih dekat relasinya dengan Tuhan, sebaiknya mendoakan pasangannya agar bisa
merasakan cinta Tuhan secara pribadi dan setia menunggu saatnya Tuhan tiba bagi
pasangannya untuk merasakan hal itu.
Jika belum menemukan yang cocok, apa yang harus dilakukan?
Tetaplah mengasihi Tuhan secara sempurna, jangan marah-marah atau complain.
Kalaupun ada complain nyatakan kerinduan dan kegelisahan hatimu kepada Tuhan.
Nikmati ke-single-an itu sebagai berkat Tuhan juga, karena kamu tidak pernah
tahu apa yang harus kamu hadapi ketika kamu menikah. Tanggung jawab yang lebih
berat, juga masalah yang lebih besar. Ketika kamu menghadapi itu semua, mungkin
kamu tidak kuat, makanya Tuhan menunggu waktu yang tepat untuk memberikan
seseorang yang tepat pula untuk kamu.
Dan yakinlah, apabila Tuhan sudah bertindak, dan memberikan yang terbaik untukmu,
Dia tidak pernah lepas tangan! Dia dengan setia terus membimbing agar kita siap
mengalami semua perubahan yang terjadi. Dengan demikian, sebagai seorang single,
kita hidup dalam kepenuhan, dan kita mampu mengucap syukur dengan kehidupan
melajang itu.
Dan ketika saatnya kamu harus menikah, kamu pun memiliki rasa syukur yang tinggi
atas kehidupan single yang sudah kamu jalani selama ini, dan mampu mengambil
tanggung jawab akan kehidupan berumah tangga yang Tuhan percayakan kepada kamu.
Jadi, lajang atau menikah, tidaklah jadi masalah asal kita menjalani kehidupan
ini dengan realistis, sekaligus penuh pengharapan di dalam iman kita kepada
Tuhan.Tuhan tahu yang terbaik untuk setiap kita, jangan pernah ragukan itu!
Bersyukur atas apa yang Dia beri, itu adalah yang terbaik yang bisa kita lakukan
pada saat ini...
Singapore, 7 Mei 2007
-fon-
DUA
ORANG YANG BAIK, TAPI MENGAPA PERKAWINAN TIDAK BERAKHIR BAHAGIA
Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak
kecil, saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu
bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak
baik, pagi hari hanya bisa makan bubur. Setelah itu, masih harus memasak sepanci
nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu
makan nasi, dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.
Setiap sore, ibu selalu membungkukkan nbadan menyikat panci, setiap panci di
rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikit pun. Menjelang malam,
dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di
rumah tampak lebih bersih dibandingkan sisi tempat tidur orang lain, tiada debu
sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang. Ibu saya adalah seorang wanita
yang sangat rajin. Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik.
Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan
kesepiannya dalam perkawinan, tidak memahaminya. Ayah saya adalah seorang
laki-laki yang bertanggung-jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras,
serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat
libur juga masih mengatur jadual sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat
anak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak
untuk berprestasi dalam pelajaran. Ia suka main catur, membuat kaligrafi, suka
larut dalam dunia buku-buku kuno. Ayah saya adalah seorang laki-laki yang baik,
di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami
dan mendidik kami. Hanya saja di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang
baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis
terisak secara diam diam di sudut halaman.
Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedangkan ibu dengan aksi, menyatakan
kepedihan yang dijalani dalam perkawinan. Dalam proses pertumbuhan, aku melihat
juga mendengar ketidak-berdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus
merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan
yang baik. Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan
perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku juga tumbuh dalam
kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri: Dua orang yang baik mengapa
tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?
Pengurbanan yang dianggap benar
Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan–lahan
saya pun mengetahui akan jawaban ini.
Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan
keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh
berusaha memelihara perkawinan sendiri. Anehnya, saya tidak merasa bahagia, dan
suamiku sendiri sepertinya juga tidak bahagia.
Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan yang tidak enak. Lalu
dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati.
Namun, rasanya kami berdua tetap saja tidak bahagia. Hingga suatu hari, ketika
saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata: "Istriku, temani aku
sejenak mendengarkan alunan musik!" Dengan mimik tidak senang saya berkata: "Apa
tidak melihat masih ada separuh lantai lagi yang belum dipel?"
Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak
asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata
begitu sama ayah. Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu,
sekaligus mengulang kembali ketidak-bahagiaan dalam perkawinan mereka. Ada
beberapa kesadaran muncul dalam hati saya. "Yang kamu inginkan?" Saya hentikan
sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah saya.
Ia selalu tidak mendapatkan pasangaan yang dia inginkan dalam perkawinannya.
Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya. Terus menerus
mengerjakan urusan rumah tangga adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan.
Ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk
mengurus rumah. Ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah
mengerjakan urusan rumah tangga.
Dan aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku, cara saya juga sama
seperti ibu. Perkawinan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita
dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia.
Kesadaran saya membuat saya membuat keputusan (pilihan) yang sama.
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya
mendengarkan musik, dan dari kejauhan saat memandangi kain pel di atas lantai
seperti menatapi nasib ibu. Saya bertanya pada suamiku: "Apa yang kau butuhkan?"
"Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengarkan musik. Rumah kotor sedikit
tidak apa-apalah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa
menemaniku!" ujar suamiku.
"Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang
mencuci pakaianmu…. dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang
dibutuhkannya."
"Semua itu tidak penting!", ujar suamiku. Yang paling kuharapkan adalah kau bisa
lebih sering menemaniku.
Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat
saya terkejut. Kami meneruskan menikmati kebutuhan masing-masing, dan baru saya
sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami
memiliki cara masing-masing bagaimana saling mencintai, namun, bukannya cara
pihak kedua.
Jalan kebahagiaan
Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di
atas meja buku. Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar
kebutuhanku. Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya
waktu senggang menemani pihak kedua mendengarkan musik, saling memeluk kalau
sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.
Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya:
'dengarkan aku, jangan memberi komentar'. Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya
memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh.
Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki. Saya juga meniru suami
tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya
boleh mendengarkan dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika
salah jalan.
Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih
santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, perkawinan yang
kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup. Saat saya lelah, saya
memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan,
dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan ke luar kota.
Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap
ada pertikaian, kami selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur
gejolak hati masing-masing. Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga
dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai
merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang
saling mencintai bertahun-tahun silam.
Bertanya pada pihak kedua: "apa yang kau inginkan", kata-kata ini telah
menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya
melangkah ke jalan bahagia. Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak
bisa bahagia, mereka terlalu bersikeras menggunakan cara sendiri dalam mencintai
pihak kedua, bukan mencintai pasangannya dengan cara pihak kedua. Diri sendiri
lelahnya setengah mati, namun pihak kedua tidak dapat merasakannya. Akhirnya
ketika menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.
Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, setiap orang
pantas dan layak memiliki sebuah perkawinan yang bahagia, asalkan cara yang kita
pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan pihak kedua! Bukannya memberi
atas keinginan kita sendiri. Perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan.
(Erabaru, Sumber Secret China)
DID I MARRY THE RIGHT PERSON
During one of our seminars, a
woman asked a common question. She said, "How do I know if I married the right
person?"
I noticed that there was a large man sitting next to her so I said, "It depends.
Is that your husband?"
In all seriousness, she answered "How do you know?"
Let me answer this question because the chances are good that it's weighing on
your mind.
Here's the answer:
EVERY relationship has a cycle. In the beginning, you fell in love with your
spouse. You anticipated their call, wanted their touch, and liked their
idiosyncrasies.
Falling in love with your spouse wasn't hard. In fact, it was a completely
natural and spontaneous experience. You didn't have to DO anything. That's why
it's called "falling" in love... Because it's happening TO YOU.
People in love sometimes say, "I was swept of my feet." Think about the imagery
of that expression. It implies that you were just standing there; doing nothing,
and then something came along and happened TO YOU.
Falling in love is easy. It's a passive and spontaneous experience.
But after a few years of marriage, the euphoria of love fades. It's the natural
cycle of EVERY relationship. Slowly but surely, phone calls become a bother (if
they come at all), touch is not always welcome (when it happens), and your
spouse's idiosyncrasies, instead of being cute, drive you nuts.
The symptoms of this stage vary with every relationship, but if you think about
your marriage, you will notice a dramatic difference between the initial stage
when you were in love and a much duller or even angry subsequent stage.
At this point, you and/or your spouse might start asking, "Did I marry the right
person?" And as you and your spouse reflect on the euphoria of the love you once
had, you may begin to desire that experience with someone else. This is when
marriages breakdown. People blame their spouse for their unhappiness and look
outside their marriage for fulfillment.
Extra marital fulfillment comes in all shapes and sizes. Infidelity is the most
obvious. But sometimes people turn to work, church, a hobby, a friendship,
excessive TV, or abusive substances.
But the answer to this dilemma does NOT lie outside your marriage. It lies
within it.
I'm not saying that you couldn't fall in love with someone else. You could.
And TEMPORARILY you'd feel better. But you'd be in the same situation a few
years later. Because (listen carefully to this):
THE KEY TO SUCCEEDING IN MARRIAGE IS NOT FINDING THE RIGHT PERSON; IT'S LEARNING
TO LOVE THE PERSON YOU FOUND.
SUSTAINING love is not a passive or spontaneous experience. It will NEVER just
happen to you. You can't "find" LASTING love. You have to "make" it day in and
day out. That's why we have the expression "the labor of love."
Because it takes time, effort, and energy. And most importantly, it takes
WISDOM. You have to know WHAT TO DO to make your marriage work.
Make no mistake about it. Love is NOT a mystery. There are specific things you
can do (with or without your spouse) to succeed with your marriage.
Just as there are physical laws of the universe (such as gravity), there are
also laws for relationships. Just as the right diet and exercise program makes
you physically stronger, certain habits in your relationship WILL make your
marriage stronger. It's a direct cause and effect. If you know and apply the
laws, the results are predictable... you can "make" love.
Love in marriage is indeed a "decision"... Not just a feeling.
"Though you cannot go back and make a brand new start, my friend. Anyone can
start from now and make a brand new end."
(Dr. John C. Maxwell)
Apakah
Saya Menikah Dengan Orang yang Tepat
Dalam sebuah seminar rumah tangga, salah seorang yang hadir tiba-tiba
melontarkan pertanyaan yang sangat lumrah, "bagaimana saya tahu kalau saya
menikah dengan orang yang tepat?" Saya melihat ada seorang lelaki bertubuh besar
duduk di sebelahnya jadi saya menjawab: "Ya tergantung. Apakah pria di sebelah
anda itu suami anda?"Dengan sangat serius dia balik bertanya, "Bagaimana anda
tahu?!"
"Biarkan saya menjawab pertanyaan yang sangat membebani ini."
Inilah jawabanya…
SETIAP ikatan memiliki siklus.
Pada saat-saat awal sebuah hubungan, anda merasakan jatuh cinta dengan pasangan
anda. Telpon darinya selalu ditunggu-tunggu, begitu merindukan belaian sayangnya,
dan begitu menyukai perubahan sikapnya yang bersemangat dan menyenangkan. Jatuh
cinta kepada pasangan bukanlah hal yang sulit. Jatuh cinta merupakan hal yang
sangat alami dan pengalaman yang begitu spontan. Tidak perlu berbuat apapun.
Makanya dikatakan "jatuh" cinta…Orang yang sedang kasmaran kadang mengatakan "aku
sedang dimabuk cinta".Bayangkan ekspresi tersebut! Seakan-akan anda sedang
berdiri tanpa melakukan apapun, lalu tiba-tiba sesuatu datang dan terjadi begitu
saja pada anda.
Jatuh cinta itu mudah. Sesuatu yang pasif dan spontan. Tapi…..setelah beberapa
tahun perkawinan, gempita cinta itu pun akan pudar, perubahan ini merupakan
siklus alamiah dan terjadi pada SEMUA ikatan. Perlahan tapi pasti, telepon
darinya menjadi hal yang merepotkan, belaiannya tidak lagi selalu diharapkan dan
sikap-sikapnya yang bersemangat tidak lagi menjadi hal yang manis, melainkan
menambah kepenatan yang ada.
Gejala-gejala pada tahapan ini bervariasi pada masing-masing individu, namun
bila anda memikirkan tentang rumah tangga, anda akan mendapatkan perbedaaan yang
dramatis antara tahap awal ikatan pada saat anda jatuh cinta, dengan
kepenatan-kepenatan bahkan kemarahan pada tahapan-tahapan selanjutnya. Dan pada
situasi inilah pertanyaan "Did I marry the right person?" mulai muncul, baik
dari anda atau dari pasangan anda, atau dari keduanya.........Dan ketika anda
maupun pasangan anda mencoba merefleksikan eforia cinta yang pernah terjadi,
anda mungkin mulai berhasrat menyelami eforia-eforia cinta itu dengan orang
lain.
Dan ketika pernikahan itu akhirnya kandas…
Masing-masing sibuk menyalahkan pasangannya atas ketidakbahagiaan itu dan
mencari pelampiasan di luar. Berbagai macam cara, bentuk dan ukuran untuk
pelampiasan ini, mengingkari kesetiaan merupakan hal yang paling jelas. Sebagian
orang memilih untuk menyibukkan diri dengan pekerjaannya, hobbynya,
pertemanannya, nonton TV (sampai TVnya bosan ditonton), ataupun hal-hal yang
mencolok lainnya. Tapi tentunya anda tahu dengan pasti, bahwa jawaban atas
dilema ini tidak ada di luar, melainkan hanya ada di dalam pernikahan itu
sendiri.
Selingkuh? Ya mungkin itu jawabannya. Saya tidak mengatakan kalau anda tidak
boleh ataupun tidak bisa selingkuh, anda bisa! Bisa saja ataupun boleh saja anda
selingkuh dan pada saat itu anda akan merasa lebih baik, tapi hal itu hanya
bersifat sementara saja, dan setelah beberapa tahun anda akan mengalami kondisi
yang sama (seperti sebelumnya pada perkawinan anda).
Karena itu (pahamilah dengan seksama hal ini), KUNCI SUKSES PERNIKAHAN BUKANLAH
MENEMUKAN ORANG YANG TEPAT, NAMUN KUNCINYA ADALAH BAGAIMANA BELAJAR MENCINTAI
ORANG YANG ANDA TEMUKAN, DAN TERUS MENERUS!!
Cinta bukanlah hal yang PASIF ataupun pengalaman yang spontan. Cinta TIDAK AKAN
PERNAH begitu saja terjadi.
Kita tidak akan bisa MENEMUKAN cinta yang selamanya. Kita harus MENGUSAHAKANNYA
dari hari ke hari.
Benar juga ungkapan "diperbudak cinta". Karena cinta itu BUTUH waktu, usaha, dan
energi. Dan yang paling penting, cinta itu butuh sikap BIJAK. Kita harus tahu
benar APA YANG HARUS DILAKUKAN agar rumah tangga berjalan dengan baik. Jangan
membuat kesalahan untuk hal yang satu ini. Cinta bukanlah MISTERI.
Ada beberapa hal spesifik yang bisa dilakukan (dengan ataupun tanpa pasangan
anda) agar rumah tangga berjalan lancar. Sama halnya dengan hukum alam pada ilmu
físika (seperti gaya gravitasi), dalam suatu ikatan rumah tangga juga ada
hukumnya. Sama halnya dengan diet yang tepat dan olah raga yang benar dapat
membuat tubuh kita lebih kuat, beberapa kebiasaan dalam hubungan rumah tangga
juga DAPAT membuat rumah tangga itu lebih kuat. Ini merupakan reaksi sebab
akibat. Jika kita tahu dan mau menerapkan hukum-hukum tersebut, tentulah kita
bisa "MEMBUAT" cinta bukan "JATUH". Karena cinta dalam pernikahan sesungguhnya
merupakan sebuah KEPUTUSAN, dan bukan cuma PERASAAN!!!
PERKATAAN POSITIF DAN NEGATIF
Mengapa banyak dari antara kita ingat dengan rinci, semua hal
negatif yang pernah dilakukan atau dikatakan pasangan kita, sejak awal hubungan
sampai saat ini? "Kamu selalu terlambat", "Tempat ini selalu berantakan", atau "Kamu
tidak pernah benar-benar mendengarkan". Mengapa sebuket bunga mawar atau tiket
ke event olahraga favorit tidak bisa menebus dan menggantikan hal-hal yang
menyakiti perasaan? Mengapa kita lebih mengingat hal-hal negatif dibanding yang
positif?
Penelitian yang dilakukan Dr. John Cacioppo dari Universitas Chicago telah
menunjukkan apa yang dia sebut sebagai "bias negatif" dari otak. Otak kita
sebenarnya lebih sensitif dan responsif terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan.
Inilah sebabnya mengapa hinaan atau kritik "memukul" kita lebih keras dan
tinggal di otak kita lebih lama.
Ini adalah permainan angka
Tidak hanya kita lebih sensitif pada informasi negatif, tapi rekaman-rekaman
negatif itu meningkat secara tidak proporsional melebihi rekaman-rekaman positif.
Ini bukanlah rasio satu banding satu. Dengan kata lain, satu informasi positif
tidak bisa menutup atau mengganti satu informasi negatif. Saat anda berkata pada
suami anda, "Terima kasih sudah memandikan anak-anak, sayang..." dan 5 menit
kemudian berkata, "Kamu lupa membuang sampah keluar - lagi." Maka kata-kata yang
negatif menenggelamkan yang positif.
Otak kita membutuhkan jumlah masukan hal-hal positif yang lebih banyak untuk
mengimbangi "bias negatif" ini. Dan beberapa tindakan positif yang kecil dan
sering lebih berhasil dibanding satu tindakan positif yang besar. Ukuran dari
hal positif tidak menjadi masalah, namun kuantitaslah yang menang. Ini memang
seperti permainan angka. Inilah sebabnya mengapa memberikan kejutan pesta ulang
tahun yang mahal untuk istri di restoran terkenal tidak bisa menebus rekaman
perilaku negatif sehari-hari suami. Dan hadiah istri berupa alat pemotong rumput
yang sudah lama diinginkan suaminya juga tidak akan dapat menjadi kompensasi
dari komentar-komentar negatif dan kritis si istri kepada suaminya. Satu hal
positif yang sangat besar tidak dapat mengimbangi banyak hal negatif.
Formula yang tepat
Lalu berapa banyak hal positif yang diperlukan untuk mengimbangi hal-hal yang
negatif? Paling tidak 2 hal positif untuk 1 hal negatif, menurut pendapat para
ahli. Para peneliti menyimpulkan bahwa ketika mempraktekkan formula ini dalam
hubungan-hubungan kita yang paling intim, rasio hal-hal yang positif menjadi
harus lebih tinggi. Mereka mengatakan rasio itu seharusnya 5:1 untuk pasangan
yang menikah. Jadi, bagaimana anda akan melakukannya?
Buatlah Daftar
Tulislah paling sedikit 15 kualitas positif pasangan anda (dan tambahkan terus).
Bagaimana pasangan anda membuat hidup anda lebih baik? Apakah dia mencari nafkah?
Memotong rumput? Bekerja dengan tekun? Berbelanja untuk keluarga? Meluangkan
waktu bersama anak-anak? Membuat anda tertawa?
Katakan 2 hal setiap hari
Latihlah kebiasaan untuk mengatakan setidaknya 2 hal positif tentang pasangan
anda setiap hari. Tiadakan atau kurangi secara drastis hal-hal negatif selama
beberapa minggu pertama anda membiasakan diri untuk mengubah fokus. Ya, anda
bisa melakukannya, imbalannya akan sangat layak.
Hindari memotong pembicaraan pasangan anda
Ini mungkin menjadi tantangan bagi yang memiliki karakter dominan. Umumnya,
wanita mengalami kesulitan dalam hal ini karena otak wanita memproses fakta dan
emosi pada waktu yang bersamaan. Banyak pikiran yang lalu lalang dalam kepala
wanita yang ingin segera diungkapkannya. Jika anda gagal, jangan menyerah,
mulailah kembali. Kebanyakan orang menginterupsi perkataan orang lain dalam
waktu kurang dari 20 detik.
Pujilah pasangan anda di depan orang lainnya
Termasuk di depan anak-anak anda. Jangan berlebihan atau dibuat-buat, pujilah
dengan benar dan tulus. Akan lebih baik jika pasangan anda juga mendengar pujian
itu. Denga melakukan ini anda mengembangkan kebiasaan yang sangat baik.
Carilah humor dalam setiap situasi
Cepatlah untuk tersenyum atau tertawa. Dosis harian dari humor, belajar
menertawakan diri sendiri, dan tertawa bersama dapat meringankan beban apapun.
Ekspresikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada pasangan anda
Juga kepada Tuhan, untuk kualitas-kualitas yang dimilikinya dan
tindakan-tindakannya. Ingatlah untuk tidak berlebihan atau dibuat-buat. Pililah
waktu yang tepat, berbicaralah dengan lembut, dan pandanglah mata pasangan anda
dalam-dalam saat mengatakannya.
5 Hal Positif Urutan Teratas
Banyak suami, istri dan anak-anak kelaparan secara emosional. Mereka haus untuk
sejumlah kebaikan dan pengakuan. Berikan mereka:
1. Sentuhan yang bermakna
2. Telinga yang mendengar
3. Persetujuan atau dukungan tanpa syarat
4. Tindakan-tindakan baik
5. Waktu untuk dihabiskan bersama dengan mereka, melakukan apa yang mereka sukai
Sebelum Anda Berbicara
Tanyakan kepada anda beberapa pertanyaan berikut ini:
• Apakah ini benar-benar perlu dikatakan?
• Apakah orang lain mau mendengar ini?
• Apakah ini akan membangun mereka?
• Apakah ini bijaksana?
• Apakah ini akan membuat saya menjadi lebih baik?
• Apakah ini akan membuat orang lain menjadi lebih baik?
• Bisakah ini dikatakan dengan lembut, baik, dan dengan kasih?
• Apakah ini memberkati?
7 Cara Cepat Untuk Menghargai Pasangan Anda
1. Letakkan foto terbaru pasangan anda di tempat yang gampang terlihat, baik di
rumah maupun tempat kerja anda.
2. Buatlah sebuah papan kreatif tempat anda bisa menempelkan tulisan-tulisan
positif, kata-kata semangat dan dukungan, atau ungkapan cinta dimana pasangan
anda bisa melihatnya setiap hari.
3. Pujilah karakter dan keberhasilan-keberhasilan pasangan kepada orang-orang
lainnya (dalam jarak yang masih dapat didengar langsung oleh pasangan anda).
4. Tulislah sebuah doa singkat untuk dia di kertas "post it" dan tempelkan di
tempat yang pasti ditemukannya.
5. Tirulah pendekatan "10 alasan", misalnya, "10 cara kamu menolongku bulan ini",
atau "10 alasan kamu membuatku tersenyum".
6. Rekatkan kartu kecil dengan namanya dan ayat alkitab di cermin kamar mandi
atau di tempat yang terlihat olehnya. Ganti kartu itu tiap sebulan sekali.
7. Tinggalkan pesan cinta atau terima kasih anda di voicemail pasangan anda.
(lia brasali ariefano)
PERBEDAAN ANTARA OTAK PRIA DAN WANITA
Kapanpun pasangan anda mengatakan sesuatu yang
menyusahkan anda, anda sedang mengalami salah satu dari banyak perbedaan antara
pria dan wanita. Tapi sekali anda mengerti bagaimana Tuhan merancang
perbedaan-perbedaan itu, anda bisa belajar untuk memanfaatkan semua perbedaan
anda dan pasangan anda dengan baik dalam pernikahan anda. Lalu perbedaan gender
itu tidak lagi akan membuat anda dan pasangan bermusuhan, perbedaan-perbedaan
itu justru akan memperlengkapi anda berdua untuk memperkuat pernikahan anda.
Sadari betapa besarnya perbedaan antara pria dan wanita
Otak pria dan wanita sangat berbeda baik secara anatomi, kimiawi, hormonal, dan
psikologis. Perbedaan-perbedaan itu menyebabkan perbedaan cara berpikir, merasa,
dan berperilaku secara fundamental.
Hargai dan hormati perbedaan-perbedaan itu
Sadarilah bahwa Tuhan memang menciptakan pria dan wanita secara berbeda untuk
memenuhi tujuan-tujuan yang baik. Daripada frustasi karena perbedaan-perbedaan
gender, buatlah keputusan untuk menghormati mereka dan belajar bagaimana untuk
memanfaatkan mereka dibanding memusuhi mereka.
Mengerti perbedaan cara pria dan wanita memproses informasi
Otak pria sangat tersistematis, dengan kemampuan yang tinggi untuk
mengelompokkan segala sesuatu, kemampuan yang rendah untuk multitasking,
kemampuan yang tinggi untuk mengontrol emosi, orientasi hubungan (relasional)
yang rendah, orientasi kerja yang tinggi, kemampuan yang tinggi untuk "mengasingkan
diri", kecenderungan untuk bertindak lebih dulu baru berpikir kemudian jika
mengalami stress, respon yang agresif terhadap resiko, dan kecenderungan untuk
berkompetisi dengan para pria lain.
Otak wanita mempunyai tingkat empati yang tinggi, kemampuan yang rendah untuk
menggolong-golongkan, kemampuan yang tinggi untuk multitasking, kemampuan yang
rendah untuk mengontrol emosi, mempunyai orientasi hubungan (relasional),
orientasi kerja yang rendah, kemampuan yang rendah untuk "mengasingkan diri",
kecenderungan untuk berpikir dan merasa terlebih dahulu sebelum bertindak dalam
meresponi stress, respon yang berhati-hati terhadap resiko, dan kecenderungan
untuk bekerja sama dengan para wanita lain.
Mengerti perbedaan cara pria dan wanita berkomunikasi
Sementara percakapan para pria biasanya cenderung berfokus pada fakta-fakta,
percakapan wanita cenderung menekankan pada perasaan di balik fakta-fakta. Para
pria mengatasi masalah paling baik dengan memikirkan satu masalah pada satu
waktu, biasanya dengan berpikir sendiri. Namun wanita secara umum perlu
membicarakan masalah mereka dengan orang lain untuk memproses pikiran mereka.
Pria mendekati suatu situasi dengan keinginan kuat untuk membuat keputusan dan
mengambil tindakan, sementara wanita kadang hanya ingin membicarakan bagaimana
perasaan mereka tentang situasi yang sama.
Pria cenderung berbicara secara langsung dan menggunakan kata-kata literal atau
harafiah, dan wanita cenderung berbicara secara tidak langsung. Jadi para istri,
berikan suami anda waktu dan ruang yang dia butuhkan untuk memikirkan beberapa
isu sendiri, lalu bekerjasamalah dengannya untuk menemukan solusi yang bisa
dilakukan oleh anda berdua, dan berbicaralah dengannya secara langsung dengan
cara yang bisa dia mengerti secara jelas. Para suami, dengarkanlah istri anda
ketika mereka membagi pemikiran dan perasaan mereka tentang hal-hal yang anda
hadapi, dan tanyakanlah beberapa pertanyaan untuk mengklarifikasi makna dari apa
yang mereka katakan.
Kapanpun pasangan anda mengatakan sesuatu yang
menyusahkan anda, anda sedang mengalami salah satu dari banyak perbedaan antara
pria dan wanita. Tapi sekali anda mengerti bagaimana Tuhan merancang
perbedaan-perbedaan itu, anda bisa belajar untuk memanfaatkan semua perbedaan
anda dan pasangan anda dengan baik dalam pernikahan anda. Lalu perbedaan gender
itu tidak lagi akan membuat anda dan pasangan bermusuhan, perbedaan-perbedaan
itu justru akan memperlengkapi anda berdua untuk memperkuat pernikahan anda.
Berikut ini lanjutan perbedaan-berbedaan tersebut dari artikel sebelumnya:
Mengerti perbedaan pendekatan pria dan wanita terhadap seks
Pria cenderung mempunyai orientasi fisik, sementara wanita cenderung mempunyai
orientasi hubungan (relasional). Pria biasanya terangsang dengan bentuk dan
penglihatan mereka, sementara wanita biasanya terangsang dengan perasaan, bau,
sentuhan, dan kata-kata. Pria sering menginginkan seks kapanpun dan dimanapun,
sementara wanita biasanya menginginkan seks lebih jarang. Para pria biasanya
mempunyai respon seksual yang cepat dan sulit terganggu pada saat berhubungan
seks, sementara wanita mempunyai respon seksual yang lebih lambat dan lebih
mudah terganggu saat berhubungan.
Para suami, ingatlah bahwa wanita meresponi apa yang mereka rasakan, jadi
sering-seringlah menambah deposit dalam rekening bank emosionalnya untuk
mempertahankan kedekatan hubungan yang akan mendorong dia untuk "tersambung"
dengan anda secara seksual. Para istri, ingatlah bahwa pria meresponi apa yang
dia lihat jadi perhatikanlah penampilan anda untuk menjaga daya tarik anda
terhadapnya. Seks adalah hal yang penting dalam hubungan pernikahan yang bahagia,
karena seks menimbulkan reaksi-reaksi dalam otak pria dan wanita, yang
memperkuat ikatan antara pasangan suami istri.
Mengerti perbedaan antara "menaklukkan" VS "memelihara"
Pria sangat dimotivasi oleh tindakan "menaklukkan", mereka cenderung
mendefinisikan diri mereka berdasarkan kesuksesan kerja dan pencapaian-pencapaan
mereka. Wanita dimotivasi oleh tindakan "memelihara", mereka cenderung
mendefinisikan diri mereka berdasarkan orang-orang yang mereka pedulikan. Jadi
para suami, sadarilah bahwa istri anda mempunyai keinginan kuat untuk memelihara
anda. Para istri, sadarilah bahwa suami anda mempunyai keinginan kuat untuk
sukses dalam segala sasaran mereka, dan mereka ingin anda mengagumi serta
menghargai usaha-usaha mereka.
Mengerti tentang "penyediaan" VS "rasa aman"
Pria diciptakan untuk menyediakan (terutama) secara finansial kepada keluarganya,
sementara wanita diciptakan untuk menyediakan rasa aman secara emosional dan
rumah yang damai. Para suami perlu mengetahui bahwa istri mereka melakukan yang
terbaik untuk menampilkan suasana rumah yang teratur dan nyaman sementara mereka
juga memberi kontribusi finansial untuk keluarga, dan para istri perlu
mengetahui bahwa suami mereka melakukan yang terbaik untuk menjadi penyedia
secara finansial terhadap kebutuhan keluarga selain juga membantu dengan
pekerjaan rumah tangga. Suami dan istri sama-sama memerlukan rasa aman secara
emosional dan mengetahui bahwa pasangan mereka benar-benar mencintai mereka dan
anak-anak mereka.
Mengerti tentang rasa hormat VS cinta
Pria memerlukan rasa hormat dan kekaguman dari istri mereka untuk segala usaha
dan pencapaian mereka, mereka juga perlu mengetahui ketertarikan istri mereka
terhadap pekerjaan dan hobi mereka. Wanita memerlukan ekspresi cinta yang sering
dari suaminya melalui kata-kata dan perbuatan. Para suami ingin istri mereka
menghormati pertimbangan dan kemampuan mereka, dan mereka ingin istri mereka
menghormati mereka baik di depan umum ataupun secara pribadi. Para istri ingin
suami mereka mencintai mereka dengan memperhatikan mereka, memeluk mereka,
membantu mereka dengan anak-anak dan pekerjaan rumah tangga, dan mengatakan pada
mereka bahwa mereka cantik.
Melayani daripada meminta untuk dilayani
Putuskan untuk memenuhi kebutuhan pasangan anda tanpa meminta dia untuk membalas
dengan memenuhi kebutuhan anda, dan lakukan pengorbanan-pengorbanan yang
dibutuhkan. Dengan menjaga fokus anda untuk melayani daripada keinginan anda
untuk dilayani, anda akan meningkatkan kualitas hubungan pernikahan anda, dan
menginspirasi pasangan anda untuk melayani anda. Dalam prosesnya, anda berdua
akan menemukan bahwa anda dan pasangan lebih kuat dan lebih efektif jika bersama
daripada jika terpisah.
(lia brasali
ariefano)
Rahasia Pernikahan Yang Harus Diketahui
Wanita
Penulis Greg Ethridge dan Shannon Ethridge punya
satu pesan bagi para wanita. Anda bisa memiliki pernikahan yang menjadi impian
anda selama ini.
Apakah pernikahan anda sekarang ini adalah yang terbaik yang pernah ada, atau
pernikahan yang masih membutuhkan reparasi, pasangan Ethridge menyarankan bahwa
prinsip-prinsip ini akan memperbaiki hubungan anda. Bahkan untuk pernikahan yang
bermasalah, prinsip ini akan bekerja, bahkan adalah mungkin untuk menghirup
nafas kehidupan yang baru dalam suatu hubungan yang bertumbuh dalam kelesuan.
Sering, ketika api cinta dalam rumah tangga semakin menyurut, wanita cenderung
untuk menyalahkan suaminya karena menjadi dingin dan membuat jarak. Penulis dan
konselor Shannon Ethridge mengatakan, kemungkinan wanita memberi porsi kesalahan
ketika suaminya menarik diri dari mereka secara emosional.
Suami istri Ethridge mengatakan, kadang-kadang perilaku atau sifat wanita-lah
yang telah menyebabkan pria menjadi dingin. Bukan berarti bahwa cinta telah mati
diantara mereka, tapi hanya karena suami telah mematikan sikap emosional sebagai
akibat cara bagaimana wanita memperlakukan mereka.
Dalam buku terbaru mereka, "Every Woman's Marriage", Shannon dan suaminya Greg
mendiskusikan masalah umum yang menyebabkan pihak suami menjadi dingin dalam
pernikahan mereka. Dengan menyadari pola ini, dapat menolong istri-istri untuk
menggambarkan langkah apa yang diambil untuk menyalakan kembali gairah dalam
hubungan mereka.
Rahasia Pertama: Suami anda tidak dapat memenuhi semua kebutuhan emosional
anda
Banyak kesempatan, seorang suami akan menarik diri dari istrinya karena wanita
meletakkan terlalu banyak permintaan pada si suami untuk memenuhi semua
kebutuhannya. Ketika suami tidak dapat memenuhi harapan si istri, suami merasa
seperti gagal dan menjauhkan diri dari istrinya.
Shannon dan Greg yang telah menikah selama 16 tahun mengalami hal-hal ini dalam
pernikahan mereka. Setelah tujuh tahun pernikahan, Shannon mengalami ketidak
bahagiaan secara ekstrim.
Shannon mengatakan: "Membuat saya bergidik jika mengingat pada periode tersebut.
Jujur karena saya berpikir untuk meninggalkan suami dan kedua anak saya yang
masih kecil'.
Pasangan ini mencapai titik kritis ketika Shannon satu hari memproklamasikan
pada Greg: "Kamu tidak memenuhi kebutuhan emosional saya!".
Sebagai balasannya? Greg mengatakan: "Shannon, kamu punya kebutuhan emosional
seperti ngarai Grand Canyon dan bahkan setiap pria di Dallas tidak bisa
mengimbangi ambang pintu kamu, karena tidak akan cukup. Sampai kamu mencari dari
Tuhan untuk memuaskan kebutuhan emosionalmu, maka tidak ada yang saya atau pria
lain di dunia ini bisa memuaskan dirimu."
Respon Greg mungkin kelihatannya kasar, namun itulah sesungguhnya yang perlu
didengar Shannon. Seperti dalam banyak pernikahan lainnya, wanita meletakkan
beban berat pada bahu suaminya. Shannon mengatakan, terlalu banyak kesempatan
dimana wanita mengharapkan suaminya untuk pertama kali menggambarkan apa yang
menjadi kebutuhan mereka, dan kemudian memenuhinya secara bersama-sama.
Shannon mengatakan: "Setiap pria di planet ini akan runtuh dibawah tekanan
tersebut. Tidak ada manusia dapat melakukan hal itu kepada manusia lainnya.
Hanya Tuhan yang bisa melakukan hal itu bagi kita".
Melalui pertolongan konselor, Shannon dapat menemukan kesembuhan untuk luka masa
lalunya dan belajar bagaimana membiarkan Tuhan memenuhi kebutuhan emosional
dirinya. Dia juga mendorong wanita lainnya untuk melakukan hal yang sama.
Rahasia Kedua: Suami anda memiliki kebutuhan emosional yang sama pentingnya
seperti kebutuhan anda
Penulis mengatakan, adalah penting bagi pasangan untuk menyadari bahwa wanita
bukan satu-satunya pihak yang memerlukan kebutuhan emosional. Pria juga punya
banyak kebutuhan penting lainnya.
Seringkali, ketika wanita merasa suaminya tidak memenuhi kebutuhannya, wanita
dapat menjadi amat menyakiti dan tidak ramah terhadap suaminya. Pendekatan ini
membuat kebanyakan suami menarik diri karena mereka merasa tidak dihormati,
karena dihormati adalah satu kebutuhan emosional dari pria.
Greg mengatakan: "Untuk saya itu tidak terlalu berakibat negatif, tapi kata-kata
kebencian yang terlempar dalam satu percakapan-lah yang bisa membekukan saya.
Itu mungkin akan membuat saya menjadi diam dimana saya menghentikan percakapan."
Shannon mengatakan wanita perlu menyadari bahwa jika mereka berbicara pada
sahabat terbaik mereka seperti halnya mereka sering bicara pada suami mereka,
mereka tidak akan perlu punya teman-teman seperti itu untuk jangka panjang.
Inilah satu sumber pergulatan dalam rumah tangga kami.
Shannon mengatakan: "Di pekerjaan dan bahkan dengan anak-anak, saya mencoba
untuk berbicara dengan manis dan ramah. Sekalipun demikian, dengan suami saya,
entah bagaimana saya mengira dia tidak memiliki kebutuhan itu dan hanya menjadi
target murka saya. Ini tidak adil".
Shannon mengatakan, kebutuhan pria lainnya mungkin akan mengejutkan banyak
wanita. Lebih dari kebutuhan mereka akan penghormatan, atau bahkan untuk seks,
adalah bahwa pria butuh melihat istrinya bahagia.
Shannon mengatakan: "Adalah penting bagi wanita untuk menyadari bahwa bagi
seorang pria untuk berada dalam pernikahan dimana istrinya tidak bahagia, itu
bisa menjadi hal yang paling menghancurkannya di dunia. Pria merasa dirinya
menjadi sumber kebahagiaan istrinya. Ketika istrinya tidak bahagia, maka dia
pasti merasa gagal. Saya pikir kita memperlihatkan hal itu kepada para pria
untuk menggambarkan apa yang membuat kita bahagia."
Rahasia Ketiga: Suami anda dirancang oleh Tuhan untuk menjadi pemimpin
keluarga
Shannon mengatakan masalah lain dalam banyak pernikahan adalah bahwa wanita
menyerobot peran pria sebagai pemimpin keluarga. Kitab Suci mengajarkan kita
bahwa suami-suami adalah pemimpin rohani rumah tangga, namun budaya kita
seringkali mengambil pandangan yang berbeda.
Keluarga Ethridge menyebut program TV popular sebagai ilustrasi cara berpikir
ini:
"Sitkom favorit keluarga yang kami tonton bersama-sama adalah Everybody Loves
Raymond karena acaranya yang lucu. Namun ada contoh utama dimana Patricia Heaton
mengetahui segala hal dan Raymond tidak tahu apa-apa. Ini amat tidak menghormati
para pria sepanjang waktu. Itu adalah karakteristik pria dimana dengan cara
demikian wanita merasa bahwa mereka adalah superior."
Itu adalah gagasan yang banyak wanita, bahkan wanita Kristen banyak miliki.
Pasangan Ethridge mengatakan banyak wanita telah menghubungi mereka dan
menanyakan pertanyaan sejenis;
"Mengapa saya merasa begitu superior terhadap suami saya?".
"Mengapa saya merasa dapat mendengar suara Tuhan lebih baik dibanding suami saya?".
"Mengapa saya merasa jika saya tahu apa yang benar buat anak-anak, rumah tangga
dan keuangan?".
Shannon mengatakan: "Lebih dari yang mereka (wanita) sadari: ‘Saya mencoba
memakai busana pada keluarga saya".
Shannon mengatakan setelah ia dan Greg menyadari pola ini dalam hubungan mereka,
mereka menemukan bahwa banyak pasangan membagikan dinamika yang sama dalam
pernikahan mereka. Mengambil langkah ke belakang dan membiarkan pria memimpin
keluarga membutuhkan kerendahan hati, namun itu adalah satu langkah yang
memperbaiki rumah tangga mereka.
Rahasia Keempat: Kebanyakan pria benar-benar ingin membuat pernikahannya
berhasil
Satu hal yang pasangan Ethridge katakan bahwa mereka belajar dalam menulis buku
ini adalah bahwa pria sering lebih berkomitmen terhadap pernikahnnya daripada
yang wanita ketahui. Budaya-lah yang membuat wanita percaya bahwa pria tidak
peduli tentang pernikahan.
Dalam banyak kasus, gagasan ini tidaklah benar. Pada kenyataannya, penulis
mendengar dari banyak pria yang mengekspresikan satu hasrat untuk melakukan apa
saja yang perlu diambil untuk menyelamatkan pernikahan mereka.
Shannon mengatakan: "Saya pikir kebanyakan pria, secara alami, amat berkomitmen
pada pernikahan. Mereka ingin untuk membuat istrinya bahagia. Mereka ingin
menjaga keluarganya rukun. Mereka ingin melakukan hal yang benar. Saya pikir itu
terserah wanita untuk menetapkan iklim emosional yang sehat dalam rumah tangga
untuk menginspirasi suami agar menjaga komitmen tersebut".
Shannon mengatakan sudah terlalu lama masyarakat kita melukiskan pria sebagai
mahluk buruk dalam pernikahan.
Shannon mengatakan: "Seperti beberapa decade yang lalu ada gagasan bahwa wanita
yang tidak bahagia dalam pernikahan semata merupakan kesalahan pria. Saya pikir
dengan cara itu kita telah mengirim suami kita ke pojokan melalui tindakan dan
perilaku kita, dan kita harus menyadari bahwa langkah kita ini adalah salah".
Bagaimanapun, buku mereka tidak berarti membawa pesan untuk mempersalahkan
wanita, namun lebih kepada panduan yang menolong wanita untuk lebih baik lagi
dalam memahami suami mereka dan kebutuhannya.
Shannon dan Greg mengatakan mereka telah meletakkan prinsip ini bekerja dalam
pernikahan mereka sendiri dan telah melihat hasil yang dramatis sepanjang
tahun-tahun ini. Dengan membagikan dari kedalaman hidup mereka, mereka berharap
menolong pasangan lainnya mengalami perubahan positif.
Prinsipnya adalah:
Ketika kedua pasangan bekerja bersama-sama untuk
menolong satu sama lain merasa dicintai, tidak ada batasan bagaimana intimnya
mereka kelak.
(lia brasali ariefano)
10
HAL YANG WANITA HARUS TAHU TENTANG PRIA
Bukan hal yang baru lagi bahwa memang Tuhan telah merancang pria dan wanita
begitu berbeda. Kita semua mengenali beberapa perbedaan ini, namun sebagian yang
lain seringkali tidak tampak dengan jelas. Shaunti Feldhahn, seorang kolumnis
koran nasional, juga seorang pengarang buku dan pembicara, menulis buku "For
Women Only: What You Need To Know About The Inner Lives of Men" ("Hanya Untuk
Wanita: Apa Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Pria"). Di dalam buku itu, dia
mengungkapkan beberapa kebenaran tentang pria setelah mewawancarai lebih dari
1000 orang pria. Berikut ini 10 hal yang pria ingin wanita ketahui tentang
mereka. Saya yakin bahwa dengan mengetahui hal-hal ini, anda akan semakin
diperlengkapi untuk membawa pernikahan anda ke tempat yang lebih baik!
Para pria lebih memilih untuk merasa tidak dicintai daripada tidak dihormati
Para suami perlu mengetahui bahwa istri mereka menghormati mereka baik secara
pribadi maupun di depan umum. Pria akan semakin terdorong untuk maju atau
mengembangkan dirinya jika mereka tahu bahwa istri mereka mempercayai mereka,
mengagumi mereka, dan yakin pada kemampuan mereka. Penelitian Shaunti Feldhahn
menunjukkan bahwa pria lebih memilih untuk merasa tidak dicintai daripada tidak
dihormati oleh mereka.
Kemarahan seorang pria seringkali merupakan respon dari merasa tidak dihormati
oleh istrinya.
Saat seorang suami marah kepada istrinya, mungkin dia tidak akan berkata, "Kamu
tidak menghormati aku!" Tapi, ada kecenderungan bahwa dia merasa ada sesuatu
yang istrinya lakukan, yang dia terima sebagai sikap yang tidak menghormatinya.
Para pria merasa tidak aman
Pria merasa takut mereka tidak bisa cukup berhasil dalam hidup mereka, bukan
hanya dalam pekerjaan, tapi juga di rumah, dalam peran mereka sebagai seorang
suami. Mereka mungkin tidak pernah mengatakan ini, tapi di dalam hati mereka,
mereka sebenarnya rapuh. Solusinya? Pengakuan. Bagi pria, pengakuan dari istri
mereka adalah segalanya! Jika mereka menerima pengakuan yang tulus dan rutin
dari istri mereka (bukan sanjungan), mereka akan merasa lebih aman dan percaya
diri dalam semua area kehidupan mereka.
Para pria merasakan beban untuk menjadi pencari nafkah bagi keluarganya
Secara intelektual, tidak masalah berapa banyak atau sedikit penghasilan pria,
atau apakah istrinya mempunyai penghasilan yang besar atau kecil. Pria secara
alamiah menanggung beban emosional sebagai pencari nafkah bagi keluarganya, dan
itu bukan beban yang mereka pilih untuk mereka tanggung. Sepertinya hal ini
tidak pernah jauh dari pemikiran mereka dan dapat mengakibatkan perasaan
terperangkap. Walaupun istri tidak dapat melepaskan suami dari beban itu, mereka
bisa meringankannya dengan dosis yang sehat dari penghargaan, dorongan semangat,
dan dukungan.
Para pria menginginkan lebih banyak seks
Respon alamiah semua orang mungkin negatif terhadap hal yang satu ini. Namun,
respon itu mungkin untuk alasan yang salah. Kita secara umum mengasumsikan bahwa
pria menginginkan banyak seks dengan istri mereka ketika mereka memang
menginginkannya (pengaruh tingkat libido, dan sebagainya). Tapi yang mengejutkan,
hasil penelitian Shaunti Feldhahn menunjukkan bahwa alasan mengapa pria
menginginkan lebih banyak seks adalah karena kebutuhan mereka yang kuat untuk
diinginkan oleh istri mereka. Pria butuh untuk diinginkan. Pemenuhan kebutuhan
seksual secara teratur penting bagi seorang pria karena dia merasa dicintai dan
diinginkan.
Seks berarti lebih dari sekedar seks
Saat pria merasa istri mereka menginginkan mereka secara seksual, hal itu
mempunyai efek yang sangat signifikan dalam hidup mereka secara menyeluruh. Hal
itu memberi mereka peningkatan rasa percaya diri yang berpengaruh terhadap
setiap area kehidupan yang lain. Kebalikan dari ini juga membawa efek negatif
yang berkebalikan. Jika seorang suami merasa ditolak secara seksual, dia tidak
hanya merasa istrinya menolak mereka secara fisik, tapi juga menolak hidupnya
sebagai seorang suami, pencari nafkah, dan juga sebagai seorang pria. Inilah
mengapa kehidupan seksual dalam pernikahan sangat penting.
Para pria bergumul dengan godaan lewat mata
Ini berarti mayoritas pria akan merespon terhadap gambaran-gambaran yang
terlihat oleh mata saat berkaitan dengan sosok wanita. Dan ini bukan berarti
hanya tentang pria-pria yang "mata keranjang". Bahkan seorang suami yang paling
setiapun tidak dapat menghindari melihat wanita yang berpakaian sedemikian rupa
(sehingga menarik perhatian orang-orang ke tubuhnya). Bahkan meskipun hanya
melihat sekilas, gambaran visual ini disimpan dalam otak pria, yang
sewaktu-waktu dapat muncul kembali dalam otaknya tanpa peringatan sebelumnya.
Pria bisa memilih apakah dia akan terus memikirkan gambaran itu atau
menepiskannya, namun mereka tidak bisa mengontrol kapan saat gambaran ini muncul.
Para pria menikmati romantisme, namun meragukan kemampuan mereka untuk
bersikap romantis
Banyak pria tampil sebagai orang yang tidak romantis, namun tidak berarti mereka
memang menginginkan untuk tampil seperti itu. Pria ingin menjadi romantis, namun
mereka hanya meragukan kemampuan mereka untuk menjadi romantis. Mereka kadang
bimbang, memikirkan kemungkinan akan menerima resiko dipermalukan atau gagal,
dan pemikiran mereka kadang berlebihan. Para istri dapat membantu meningkatkan
kepercayaan diri suami dalam kemampuan romantis mereka dengan dorongan semangat
dan mengkomunikasikan seperti apa romantisme itu. Contohnya, seorang istri
mungkin saja menolak saat suaminya meminta dia untuk pergi bersama ke toko
peralatan, namun bisa saja itu dilakukan karena suami melihat itu adalah waktu
yang tepat untuk pergi bersama sebagai pasangan. Apa yang tidak romantis dari
niat itu?
Para pria peduli terhadap penampilan istrinya
Ini bukan berarti semua pria menginginkan istri mereka terlihat seperti para
model. Apa yang ingin diketahui oleh pria adalah bahwa istri mereka berusaha
untuk merawat diri mereka sendiri (dan tidak mengabaikan diri mereka sendiri),
karena hal ini sangat penting bagi para suami. Pria menghargai usaha yang
dilakukan istri mereka untuk mempertahankan daya tarik mereka.
Para pria ingin istri mereka tahu seberapa besar cinta mereka
Ini adalah respon pertama dari pria. Mereka tidak begitu percaya diri pada
kemampuan mereka untuk mengekspresikan cinta mereka, tapi mereka benar-benar
mencintai istri mereka dengan tulus. Para pria ingin menunjukkan betapa mereka
mencintai istri mereka dan ingin agar istri mereka mengerti akan fakta ini.
(lia brasali ariefano)
SEKS
DAN JIWA WANITA
Sebuah buku berjudul "Sex and the Soul of a Woman" (Seks dan
Jiwa Seorang Wanita)
telah diterbitkan oleh seorang wanita bernama Paula Rinehart. Apa yang dibicarakan?
Apa pendapat anda tentang seks bebas?
Itu dia yang secara jujur harus saya bahas. Itulah yang kini terjadi di generasi
ini. Ide mengenai wanita dan laki-laki yang bisa melakukan hubungan seksual
diluar pernikahan dan bisa pergi melangkah keluar begitu saja setelah itu. Dunia
ini sudah mulai mensahkan hubungan semacam itu. Dunia juga memaksa kita berpikir
bahwa hubungan semacam itu bisa diteloransi. Itu mengakibatkan orang tidak sadar
tentang harga sesungguhnya yang harus dibayar.
Lalu, harga apa yang harus dibayar?
Menurut saya dalam hubungan sepeti itu, wanitalah yang terkena dampak yang jauh
lebih besar ketimbang pria. Wanita itu diciptakan Tuhan untuk menjalin hubungan
yang benar yaitu memiliki suami, anak dan keluarga. Dan keluarga harus dimulai
dari proses berpacaran yang benar pula, bukan kencan yang berfokus pada seks
lebih daripada hati. Dan lagi, tanpa disadari, ketika seorang wanita berhubungan
seksual dengan seorang pria, maka sudah terjalin ikatan antara pria dan wanita
itu. Ketika hubungan itu berakhir, pria bisa pergi begitu saja, sedangkan pada
wanita, hubungan itu meninggalkan bekas yang melukai mereka. Terlalu banyak
wanita yang berkonsultasi pada saya dalam keadaan terluka karena ditinggalkan
pria yang telah berhubungan seksual dengan mereka. Luka dan ikatan itu sangat
berpotensi untuk menghancurkan semua hubungan yang berusaha ia ciptakan di
kemudian hari. Itulah harga yang harus mereka bayar.
Mengapa lebih mudah bagi pria untuk melangkah keluar dari hubungan dibanding
wanita?
Karena dalam suatu hubungan sesingkat apapun itu, wanita selalu mengikutsertakan
hatinya. Apalagi jika telah terjalin hubungan seksual didalamnya, maka makin
banyak pula investasi yang wanita itu lakukan. Ketika pria itu pergi maka ada
luka yang tertoreh dalam diri wanita itu tanpa ia sadari sekalipun. Jika itu
terjadi berkali-kali maka wanita bisa menjadi mati rasa dan trauma.
Apa yang paling wanita inginkan dalam sebuah hubungan?
Yang wanita inginkan dalam hubungan adalah hubungan itu sendiri. Wanita ingin
agar pria menjalin hubungan bukan karena ketertarikan secara fisik tapi karena
pria itu melihat sesuatu bernilai dan indah dalam diri wanita itu. Keindahan
hubungan itulah yang penting. Didalam hubungan itu harus ada rasa ingin mengenal
satu sama lain yang tanpa melibatkan seksualitas jika memang belum waktunya (belum
menikah). Jika sudah menikah, seks merupakan bagian dari perjanjian indah yang
telah terikat antara dirinya dan sang pria. Intinya, wanita ingin dilihat
kecantikan batinnya bukan kecantikan tubuh yang mengundang nafsu seksual semata.
Apakah benar bahwa seks mempengaruhi rasa percaya dalam pernikahan?
Benar sekali. Ketika sepasang kekasih melakukan hubungan seksual di luar
pernikahan, walau akhirnya mereka berdua menikah, telah tertanam bibit "ketidakpercayaan"
didalamnya. Mereka tahu bahwa sebelum menikah mereka berani melakukan sesuatu
yang salah. Lalu walau sudah menikah, apa yang akan menghentikan mereka
melakukan kesalahan serupa dengan orang lain misalnya? Jadi intinya, ada rasa
tidak percaya dan kecemburuan yang pasti mewarnai pasangan yang telah melakukan
hubungan seks sebelum menikah. Padahal rasa percaya adalah fondasi sebuah
hubungan yang sehat. Seks sebelum menikah adalah seperti merobek baju yang akan
dipakai seumur hidup. Ada lubang yang akhirnya terpaksa dipakai sepanjang usia
pernikahan.
Seperti apakah hubungan yang sehat itu?
Hubungan yang sehat adalah hubungan pernuh tanggung jawab dari kedua belah pihak.
Hubungan dengan nilai-nilai yang benar yang Tuhan inginkan yan benar-benar
dijalankan oleh kedua belah pihak, terutama pria terhadap wanita.
Dalam hidup modern ini, bagaimana wanita bisa bertahan suci?
Keputusan untuk menjadi suci adalah kuncinya. Dukungan dari teman-teman wanita
yang selalu memberi kekuatan satu sama lain juga penting. Godaan seksual memang
pasti akan ada terutama jika pria yang menjadi kekasihnya adalah orang yang ia
benar-benar cintai. Tapi yang utama ialah nilai yang dianut olehnya. Walau dunia
selalu mengatakan bahwa tidak apa-apa bagi wanita untuk mengumbar seksualitasnya,
namun jika wanita itu sendiri tetap memegang nilai yang berlawan dari itu (nilai
yang benar bahwa kesucian harus dipertahankan hingga hari pernikahan), maka ia
bisa bertahan.
(lia brasali ariefano)
APAKAH KITA MUSNAH KETIKA MATI ?
Apa itu kematian? Ada yang menganggap kematian
merupakan kemusnahan, dimana kehidupan dan kesadaran berakhir saat badan fisik
kita berhenti berfungsi. Ada lagi yang menganggap setelah kematian kita akan
melewati bentuk kehidupan yang lain. Walaupun tidak dapat dibuktikan tetapi
banyak orang yang percaya adanya kehidupan setelah kematian. Kepercayaan ini
bisa berdasarkan agama yang dianut tetapi juga bisa tidak berdasarkan agama.
Kalau benar ada bagian dari diri kita yang tetap hidup setelah kematian, itu
berarti yang disebut "kematian" sebenarnya adalah transisi dari satu keadaan
menjadi keadaan yang lain dan bukannya `akhir' itu sendiri. Proses kelahiran,
perkembangan, kematangan, usia tua dan kematian merupakan siklus yang dijumpai
pada tiap-tiap tingkat di Alam ini, mulai dari atom sampai jagad raya. Rasa
takut yang mengelilingi kematian mulai tersingkirkan kalau kita memandangnya
sebagai siklus yang berulang, dan sesungguhnya, merupakan suatu awal bagi
keadaan kesadaran yang berbeda.
Ajaran bahwa kehidupan terus berlangsung dan tidak terhenti pada kematian
badaniah, merupakan kebijaksanaan spiritual yang telah ada semenjak dulu.
Gagasan-gagasan berikut ini kami sampaikan untuk kau pertimbangkan yang kami
kutip dari ajaran spiritual yg tidak dapat diterakan usianya, yang dikenal
sebagai Theosophy.
SIAPAKAH AKU?
Dalam diri kita banyak yang secara intuitif merasa bahwa sebenarnya kita lebih
dari sekedar badan fisik belaka. Lebih dari orang yang harus makan untuk hidup,
harus tidur dan berkembang biak untuk menjaga kelangsungan spesies manusia ini.
Sangat natural kalau kita bertanya "Siapakah aku?" dan "Apakah aku lebih dari
sekedar badan ini?"
Theosophy mengajarkan bahwa manusia lebih dari sekedar badan fisik saja dan kita
berfungsi di tiga bidang utama sebagai:
1. Suatu Spirit yang bersemayam dalam diri yang telah ada sebelum kelahiran kita
dan terus ada setelah kematian.
2. Suatu jiwa/pikiran yang juga ada sebelum kelahiran dan terus ada setelah
kematian.
3. Suatu badan fisik.
Pertimbangkan gagasan bahwa jiwa/pikiran merupakan proyeksi atau "kendaraan"
bagi tempat bersemayamnya Spirit. Sang jiwa berevolusi melewati masa yang
panjang dengan menyatukan pengalaman-pengalaman, secara berangsur mencapai
kualitas unggul seperti sifat welas-asih, inteligen murni, pemahaman dan
kebijaksanaan. Sifat-sifat ini dicapai dengan menggunakan tubuh dan kepribadian
baru secara berkala. Diproposisikan bahwa perjalanan evolusi manusia membutuhkan
banyak kehidupan agar kita dapat mengembangkan seluruh potensi manusia dan
potensi spiritual kita. Dengan demikian, sangat logis bila dikatakan kita telah
berkali-kali melalui proses kelahiran dan kematian.
Yang lebih penting adalah menyadari (pada banyak orang kesadaran intuitif ini
kuat) keberlangsungan keberadaan kita. Kita merasakan, pada diri kita terdapat
lapisan-lapisan kesadaran yang lebih dalam. Misalnya mereka yang secara reguler
berlatih meditasi yang memungkinkan mereka mengalami kesadaran yang berbeda
dengan kesadaran sehari-hari.
BERBAGAI MEDAN KESADARAN LAINNYA
Disekeliling kita ada berbagai jenis kepadatan materi. Dengan adanya X-ray dan
televisi di masa kini, kita lebih mudah menerima realitas adanya dunia yang
tidak dapat kita lihat. Sains mempelajari konsep, yang makin lama makin luas,
tentang hakikat materi dan hakikat energi; sains memudahkan kita menangkap
gagasan adanya daya/ kekuatan baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata.
Oleh karena itu tidak terlalu sukar untuk membayangkan bahwa manusia memiliki
aspek-aspek atau badan-badan selain badan fisik yang dibentuk oleh materi yang
lebih halus. Misalnya, badan ether/ aura kita dapat diamati dengan tehnik
fotografi Kirlian.
APA PERBEDAAN KEMATIAN DAN TIDUR?
Theosophy mengajarkan bahwa kematian dan tidur tidak jauh berbeda. Ketika tidur,
kesadaran kita untuk sementara menjauh dari tubuh fisik, tetapi kita tetap
menjalani petualangan emosional dan mental, yang seringkali dapat kita ingat
saat kita terbangun. Dalam mimpi, kita sampai pada alam kesadaran yang berbeda
dengan alam kesadaran kita sehari-hari.
Pertimbangkan gagasan ini, dengan kematian fisik, kesadaran kita memulai
perjalanannya menempuh dunia-dunia lain yang lebih luhur dari yang mungkin kita
jumpai saat kita tidur. Karena waktu kita tidur kesadaran kita masih terikat
dengan kesadaran tubuh-fisik dan kita dapat kembali ke tubuh-fisik kita ini.
Dengan kematian, ikatan dengan tubuh-fisik putus secara permanen; para
clairvoyant dapat melihat daya kehidupan (life force) meninggalkan tubuh melalui
ubun-ubun/ mahkota kepala dalam bentuk aliran sinar perak yang halus atau sering
disebut sebagai pita perak (silver cord).
APA YANG TERJADI SAAT KEMATIAN?
Ajaran kekal menyatakan bahwa setelah kematian fisik kita pergi menuju dunia
cahaya dimana kita kita semakin terbebas karena secara bertahap kesadaran
terlepas dari ikatan getaran materi fisik yang padat. Dunia cahaya ini
menginterpenetrasi (menembus) dunia fisik.
Kemudian jiwa mengalami proses pemurnian sebelum dapat memasuki kedalaman dan
kebahagiaan ilahi sesuai dengan perbuatannya di dunia fisik.
Selama kehidupan di bumi sebagaian besar dari kita beridentifikasi dengan
hasrat-hasrat dunia fisik. Dinyatakan bahwa hasrat-hasrat ini tidak hilang
begitu saja setelah kematian badan, bahkan dapat mengalami intensifikasi. Namun
hasrat-hasrat ini harus ditanggalkan sebelum jiwa dapat memulai tahap lanjut
perjalanannya. Analogi berikut kami berikan untuk memudahkan pemahaman. Ketika
garam ditambang dari air laut, air laut menguap dan meninggalkan residu, yang
belumlah merupakan garam murni. Agar garam menjadi murni, partikel-partikel yang
kotor harus dibuang. Inilah yang terjadi saat jiwa meninggalkan tubuh fisik.
Jiwa kita harus dimurnikan terlebih dahulu. Dibutuhkan waktu yang panjang untuk
proses pemurnian tersebut, terlebih bila emosi-emosi yang bersangkutan bersifat
intens, sangat kuat dan tidak konstruktif. Kita tidak bisa sekonyong-konyong
menjadi sempurna setelah kematian, karena perjalanan manusia membutuhkan banyak
kehidupan. Rasa takut, kerinduan-kerinduan, kebahagiaan dan kedukaan kita tetap
bersemayam dalam jiwa kita dan emosi-emosi ini perlu dipahami dalam kehidupan
setelah kematian.
Proses pemurnian berlangsung secara gradual dan dalam keadaan kebebasan baru ini
jiwa/pikiran akan mulai menghargai dunia-bercahaya tempat ia tinggal sekarang.
Dikatakan bahwa akhirnya kita akan terbangun dalam keadaan bahagia-seperti-Surga,
penuh dengan kenyamanan dan penghargaan dimana tidak ada rasa sakit dan kedukaan,
hanya ada kebahagiaan dan rasa kesejahteraan.
Penting diingat bahwa kita menciptakan pengalaman "surga" nanti lewat kehidupan
sekarang ini. Apa yang memotivasi hidup kita? Apakah kita hanya menyibukkan diri
dengan hal-hal sepele kehidupan sehari-hari ataukah kita berpikir lebih mendalam?
Apakah kita mementingkan diri sendiri ataukah kita menolong orang lain? Apakah
kita mudah marah ataukah kita lebih tenang dan terfokus, dibantu oleh saat-saat
refleksi yang tenang dan meditasi? Kalau kita dapat mengkultivasikan pelatihan
yang tepat, dinyatakan bahwa setelah kematian fisik proses transisi kita ke
dunia "surgawi" akan lebih mudah. Bagaimana kita menjalani kehidupan sekarang
akan menentukan bentuk kehidupan yang akan kita alami setelah kematian.
Terdapat berbagai sudut pandang yang berbeda-beda tentang berapa lama kita akan
tinggal di alam surga ini. Tetapi antara satu individu dan lainnya rentang
waktunya akan berbeda dan tidak dapat diukur dengan waktu duniawi, karena
keadaan di alam surga tidak terkait dengan waktu seperti yang kita kenal.
Setelah kita beristirahat penuh dan diperbaharui, ajaran theosophy menyatakan
bahwa kita akan kembali merasakan dorongan untuk mengalami dunia materi.
Kemudian kita akan mengalami proses dilahirkan dalam badan fisik dan memulai
siklus kembali, tertarik dengan keadaan yang kita buat sendiri.
BUKTI-BUKTI EXISTENSI YANG BERLANJUT
Walaupun sulit dibuktikan adanya kelanjutan kesadaran manusia di luar badan
fisik, bukti-bukti konsep ini semakin meluas lewat penelitian dalam disiplin
sains yang ketat terhadap ESP (Extra Sensoy Perception/Indera ke-6) dan
out-of-body-experience/pengalaman-di luar- tubuh. Apa yang dapat disebut sebagai
bukti empiris dari konsep reinkarnasi, atau banyak kehidupan berkali-kali,
diberikan lewat memori sejumlah subyek tentang kehidupan lain mereka di masa
lalu. Walaupun sulit untuk membuktikan semua kasus ini secara obyektif, namun
pada beberapa subyek telah dapat dibuktikan dengan nyata dan ilmiah.
PENGALAMAN HAMPIR-MATI (NEAR-DEATH EXPERIENCES/NDE)
Yang paling relevan belakangan ini adalah testimoni dari ratusan subyek yang
menglami "mati klinis", kasus-kasus ini dikumpulkan dan dipublikasikan oleh
sejumlah peneliti, antara lain: Dr. Raymond Moody, Dr. Elizabeth Kuebler-Ross,
dan penulis Australia Dr. Cherie Sutherland.
Pengalaman orang-orang yang telah dihidupkan kembali dan menceritakan kejadian
yang mereka alami selama mereka mati secara klinis amat mirip dengan yang
dijumpai pada literatur theosophy. Bagi kebanyakan orang, pengalaman mereka yang
pertama adalah melewati ruangan panjang atau terowongan gelap sebelum kesadaran
mereka kembali terfokus dan mereka menyadari diri mereka dalam "badan"
spiritual. Dari sini mereka mengawasi secara terpisah bagaimana badan fisik
mereka sedang dihidupkan kembali - misalnya, di ruang operasi atau ketika
diselamatkan dari tabrakan mobil. Banyak yang menemukan diri mereka dalam alam
cahaya dan kebebasan dimana mereka bertemu dengan "makhluk bercahaya/beings of
light" yang melambangkan pemahaman dan cinta kasih sempurna. Biasanya mereka
juga merasakan kedamaian dan kesejahteraan yang mendalam. Seringkali orang-orang
ini mengalami pemutaran ulang dari kehidupan mereka dan mengerti bahwa mereka
harus kembali ke dunia fisik untuk menuntaskan urusan-urusan yang belum
diselesaikan dalam inkarnasi yang sekarang.
Kebanyakan dari mereka yang enggan kembali, bersaksi bahwa pengalaman NDE mereka
telah mengubah kehidupan mereka secara radikal. Mereka tidak lagi takut mati,
menyadari walaupun mereka sangka mereka telah mati, keberadaan mereka tetap
berlangsung dalam keadaan lain. Orang-orang ini kembali pada kesadaran fisik
mereka dengan hasrat untuk menumbuh kembangkan cinta kasih bagi orang lain.
Mereka juga menghargai pentingnya mempelajari dan mengembangkan kebijaksanaan
lewat pengalaman-pengalaman dalam kehidupan ini.
PERTOLONGAN PADA SAAT KEMATIAN
Satu saran penting yang diberikan oleh pelajar ilmu Kebijaksanaan adalah pada
saat seseorang menghadapi sakratul maut, mereka yang hadir dapat menolong jiwa
yang tengah berangkat ini dengan membiarkan terjadinya transisi dalam atmosphere
setenang dan sedamai mungkin. Sebuah langkah besar telah diambil belakangan ini
dengan pendirian yayasan perawatan (rumah sakit khusus) dimana pasien yang
sekarat menerima perawataan penuh cinta kasih dan kepercayaan dari staff yang
dilatih secara khusus.
HARUSKAH KITA BERDUKA?
Bayangkan bagaimana rasanya menyelip keluar dari tubuh dengan tenang, barangkali
keluar dari rasa sakit yang menghujam tubuh, dan menemukan dirimu bebas, bahkan
agak terpana pertamanya - dan barangkali tidak menyadari bahwa alam kesadaran
yang baru kau masuki bukanlah alam fisik yang biasa kau hadapi. Diterangkan
dalam buku The Tibetan Book of the Dead dan dalam naskah-naskah lain dengan
subyek sejenis, bahwa penyesuaian diri bagi yang meninggal akan dipersulit
jikalau mereka yang mencintai orang yang meninggal memperpanjang kedukaan dan
kesedihan mereka. Sangat alami untuk bersedih dan psikolog modern setuju bahwa
tidak sehat kalau kita menekan duka cita kita. Tetapi bagi mereka yang memandang
bahwa kematian merupakan bagian dari siklus kelahiran-kematian yang biasa bagi
sang jiwa, dan percaya akan adanya kehidupan setelah kematian, mereka ini dapat
membuktikan bahwa kedukaan mereka banyak berkurang. Bagi mereka, kematian
dipandang sebagai proses siklik reguler dan mereka tidak begitu takut menghadapi
masa depan yang tidak jelas dari orang-orang yang mereka cintai.
MEMPERSIAPKAN KEMATIAN KITA SENDIRI
Ketika bayi akan dilahirkan, kita mempersiapkan diri untuk persalinan. Karena
kita semua akan mati maka kita dapat juga menolong diri kita sendri
mempersiapkan transisi ini,. Seluruh proses akan dipermudah kalau kita menjalani
kehidupan yang melibatkan aspek-aspek manusia yang lebih dalam.
# Tersedianya Informasi Tentang Kematian
Banyak buku tersedia, buku-buku yang mengupas peristiwa-peristiwa menjelang,
selama dan setelah kematian dialami. Beberapa didasarkan pada pengamatan yang
masuk akal tentang proses kematian; buku lainnya adalah catatan mereka yang
mengalami kematian dan kembali hidup.
Lainnya lagi seperti literatur theosophy, merupakan pencatatan ajaran dari abad
ke abad melewati waktu yang tak terukur tentang kematian dan alam setelah dunia
fisik.
# Belajar Beradaptasi
Kematian merupakan perubahan besar, jadi kita harus mempersiapkan hal-
hal sangat berbeda. Kita dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik kalau kita
mempelajari atau secara sadar meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap hal-hal
yang baru.
# Menemukan Diri Kita Yang Sejati
Konsekuensi penting dari kematian adalah kita harus menyesuaikan perasaan akan
siapa dan apakah diri kita. Umumnya, dalam kehidupan sehari-hari kita
beridentifikasi dengan badan, perasaan, insting, emosi, dan pikiran-dari-otak
kita. Tetapi, pada saat atau segera setelah kematian, kita harus menyesuaikan
identitas-diri kita. Hal ini akan merupakan shock kecuali bila kita telah
bersiap-siap sebelumnya. Meditasi secara reguler dapat menolong kita untuk
berhubungan dengan Diri kita yang sejati dan memudahkan transisi ini.
# Refleksi Diri Setiap Hari
Dikatakan bahwa pada saat kematian, kehidupan yang baru kita lalui lewat didepan
mata kita seperti film yang diputar ulang. Kita dapat mempersiapkan diri
terhadap pengalaman ini dengan merefleksikan kegiatan kita dan peristiwa yang
kita alami hari ini tiap malam, usahakan memandangnya secara tidak berpihak
seakan dari kacamata orang lain. Hal ini juga akan meningkatkan kemampuan kita
menghadapi perubahan-perubahan hidup. Menulis diary merupakan gagasan yang baik
untuk mencatat impresi kita dan evaluasi terhadap apa yang kita alami
sehari-hari.
# Menetapkan Kerangka Pikiran yang Melampaui (Transending) Kehidupan Sehari-hari
Afirmasi atau mantra tertentu dapat mengarahkan proses ini. Beberapa orang
merasa terangkat lewat kalimat di bawah ini :
Hidup tersembunyi, bergetar pada setiap atom, Cahaya tersembunyi, bersinar pada
setiap makhluk, Cinta kasih tersembunyi, merengkuh semua dalam kesatuan, Semoga
setiap makhluk yang merasa satu denganmu, Menyadari bahwa mereka satu dengan
yang lainnya.
Orang-orang dari beragam tradisi memberikan reaksi yang berbeda pada kutipan
sejenis. Misalnya kaum Nasrani, memilih untuk berfokus pada doa atau rosario.
# Mempertimbangkan Kehidupan dalam Konteks yang Lebih Luas
Jika gagasan yang diberikan dalam leaflet ini bermakna bagimu, akan sangat
membantu kalau kita melihat bahwa hidup kita yang sekarang hanyalah merupakan
satu tahap dari siklus besar keberadaan diri kita, merupakan sebuah inkarnasi
dari banyak inkarnasi sebelumnya, dan seluruh inkarnasi ini diatur oleh Hukum
Karma atau Hukum Kesetimbangan. Siapa kita sekarang ditentukan oleh tindakan dan
pikiran kita di kehidupan-kehidupan yang lalu. Bagaimana kita berpikir dan
bertindak setiap hari menentukan kualitas kehidupan setelah kematian kita dan
juga menentukan kehidupan kita pada inkarnasi mendatang.
# Visualisasikan Diri Kita Satu dengan Semesta
Bayangkan dirimu disirami dengan cahaya putih muni, yang bersirkulasi di seluruh
semesta, mengalir melaluimu dan menyatukanmu dengan semua bentuk kehidupan,
Seluruh tradisi spiritual besar mengacu pada keadaan bersatu yang fundamental,
kesatuan atau keseluruhan, esensi spiritual umum yang melingkupi seluruh
kehidupan.
PERJALANAN YANG PALING HEBAT
Supaya kita dapat secara penuh menghargai ajaran tentang kematian, sangat
penting kita mempertimbangkan konsep bahwa kita tengah mengadakan perjalanan.
Menurut ajaran kekal, kita merupakan percikan individual dari sang Api Tunggal,
sang Sumber darimana kita berasal dan kemana kita akan menuju. Kita telah
menjalani berbagai kehidupan; kita telah menghadapi berbagai kematian. Dan
akhirnya jiwa kita akan kembali pada sang Sumber Agung atau pada sang Spirit/
Roh yang bersemayam dalam diri kita.
Jika gagasan-gagasan yang kita jabarkan di sini tampak logis, maka masuk akal
pula kalau kita memandang bahwa aspek fisik dari perjalanan kita akan memberikan
kesempatan mendapatkan berbagai pengalaman; pengalaman-pengalaman ini akan kita
murnikan dan kita gabungkan dengan pengalaman-pengalaman dari kehidupan
sebelumnya demikian juga dengan dunia emosional dan dunia mental kita, sehingga
kita akan memiliki kapasitas dan kekuatan yang lebih besar untuk melanjutkan
perjalanan kita. Jadi kita sendirilah yang membangun surga kita; surga bukan
sesuatu yang abadi tetapi merupakan sebuah periode untuk mengasimilasikan
kehidupan yang baru kita lalui dengan akumulasi pengalaman dari kehidupan
sebelumnya dan juga untuk memberikan jiwa kita kesempatan beristirahat.
Tiap-tiap kehidupan di bumi membawa kita lebih dekat dengan akhir perjalanan, di
akhir perjalanan inilah jiwa individual telah mampu membebaskan diri dari siklus
kelahiran dan kematian. Dalam buku The Light of Asia karya Sir Edwin Arnold
dilukiskan dengan indah bahwa jiwa kita akan mengikuti contoh-contoh
Mereka-yang-Telah-Mencapai-Pencerahan dan bagaikan sebutir embun, `menyelip
kembali kedalam lautan yang bercahaya', akhirnya satu dengan Sumber Ilahi.
Leaflet teosofi lainnya yang disarankan sebagai bacaan lanjutan:
REINCARNATION
Have we been here before?
KARMA
The Universal Law of Harmony
RELEASE INTO LIGHT
Meditations for Those Who Mourn
Buku-buku yang disarankan sebagai bacaan lanjutan:
THE MIRROR OF LIFE & DEATH
Laurence J. Bendit
WHEN WE DIE
Geoffrey Farthing
ON DEATH AND DYING
Dr. Elizabeth Kuebler-Ross
LIFE AFTER LIFE
Dr. Raymond Moody
THROUGH DEATH TO REBIRTH
James S. Perkins
A PRACTICAL GUIDE TO DEATH AND DYING
John White
OUR LAST ADVENTURE
E. Lester Smith
DEATH AND AFTER
Annie Besant
THROUGH THE GATEWAY OF DEATH
Geoffrey Hodson
A MATTER OF PERSONAL SURVIVAL
Michael Marsh
WITHIN THE LIGHT
Dr. Cherie Sutherland
TRANSFORMED BY THE LIGHT
Dr. Cherie Sutherland
Powered by: SECAPRAMANA.Com.
Inc.
Copyright@2000
All Rights Reserved